
Pantau.com - Menteri ESDM Ignasius Jonan menjelaskan, industri kendaraan listrik bakal diprediksi menjadi salah satu bisnis yang menjanjikan di masa mendatang.
"Ada tiga business opportunities (masa depan), yaitu Energi Baru Terbarukan (EBT), online dan kendaraan listrik. Tiga ini akan menjadi bisnis masa depan di Indonesia," kata Jonan di hadapan Ikatan Alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (IKA-ITS).
Ketiga bisnis tersebut, imbuh Jonan, bakal berhasil bila ditunjang dengan penyediaan infrastruktur yang mapan. Melihat hal tersebut, Jonan menegaskan bahwa Pemerintah sangat mendorong kahadiran kendaraan listrik di Indonesia.
Baca juga: Trik Jonan Menuju Ketahanan Energi
Lebih lanjut adalah;
b. Penurunan Produksi Migas

Petugas Pertamina hulu energi (Foto: Pertamina)
Kendaraan listrik diharapakan Pemerintah dapat mengantisipasi menipisnya cadangan energi fosil dari tahun ke tahun. Hal ini ditengarahi oleh ketidakseimbangan antara tingkat konsumsi BBM dengan jumlah produksinya.
Sebagai gambaran, produksi minyak Indonesia sekitar 775 ribu barel per hari. Sedangkan, konsumsi BBM sekitar 1,3 juta sampai 1,4 juta barel. Setiap hari, Indonesia telah mendatangkan BBM dari luar negeri sekitar 600 ribu barel per hari. Untuk itu, Pemerintah mencari cara untuk menekan jumlah impor BBM agar tidak mengalami peningkatan.
"Kalau dibiarkan mungkin impornya bukan 600 ribu, tapi bisa satu juta barel per hari. Ini pilihan kita sebagai bangsa. Kalau mau mengurangi impor (BBM) ke depannya harus mobil listrik, karena energi primernya bisa dari dalam negeri," tegas Jonan.
Jonan mengungkapkan upaya Pemerintah dalam menggiatkan aktivitas eksplorasi dan eksploitasi migas saat ini baru bisa dimanfaatkan minimal 7 tahun mendatang.
"Technical cycle di migas itu kalau mulai studi seismik, 2D, 3D, eksplorasi, bangun fasilitas dan sebagainya paling cepat 7 tahun," tandasnya.
- Penulis :
- Nani Suherni