
Pantau - Nilai tukar rupiah melemah akibat perang dagang yang dipicu oleh kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS). Pengamat mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, memperkirakan rupiah bisa menembus Rp17.000 per dolar AS.
Dampak Kenaikan Tarif AS terhadap Rupiah
Pada penutupan perdagangan hari ini, rupiah melemah 33 poin atau 0,20 persen menjadi Rp16.746 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.713 per dolar AS. Ibrahim menyebutkan bahwa perang dagang menyebabkan tekanan pada rupiah, dengan kemungkinan level pembukaan pasar mencapai Rp16.900 per dolar AS.
Pelemahan rupiah ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif minimal 10 persen terhadap berbagai negara, termasuk Indonesia, pada 2 April 2025. Indonesia berada di urutan kedelapan dalam daftar negara yang terkena dampak, dengan tarif sebesar 32 persen.
Negara-negara Asia Tenggara lainnya yang terdampak kebijakan ini meliputi Malaysia (24 persen), Kamboja (49 persen), Vietnam (46 persen), dan Thailand (36 persen). Trump menyatakan bahwa kebijakan tarif ini bertujuan menciptakan lebih banyak lapangan kerja di AS.
Strategi Menghadapi Perang Dagang
Ibrahim menyarankan agar Pemerintah Indonesia menerapkan tarif impor yang sama seperti yang diberlakukan AS, yaitu 32 persen. Selain itu, Indonesia disarankan memanfaatkan BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa) sebagai pasar ekspor baru guna mengurangi ketergantungan terhadap AS.
Ia juga menekankan pentingnya pemberian stimulus oleh pemerintah untuk mengatasi dampak perang dagang. Bank Indonesia diminta untuk tetap melakukan intervensi di pasar DNDF (Domestic Non-Deliverable Forward), khususnya dalam perdagangan valuta asing dan obligasi, guna menstabilkan nilai tukar rupiah.
Langkah-langkah ini dinilai penting agar Indonesia siap menghadapi dampak perang dagang yang dilakukan oleh AS.
- Penulis :
- Pantau Community