
Pantau - Ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), M. Fadhil Hasat, mengungkapkan bahwa surplus perdagangan Indonesia berpotensi tertekan akibat kebijakan perdagangan baru yang diberlakukan oleh Amerika Serikat (AS).
Saat ini, surplus perdagangan Indonesia tercatat berada di angka 10,3 persen dan menjadi salah satu indikator utama kekuatan ekonomi nasional.
Namun, Fadhil menilai bahwa kebijakan perdagangan dari AS dapat mengancam keberlangsungan surplus tersebut jika tidak diantisipasi dengan strategi ekonomi yang tepat.
Potensi Depresiasi Rupiah Juga Disorot
Selain tekanan terhadap neraca perdagangan, Fadhil juga menyoroti potensi depresiasi nilai tukar rupiah sebagai dampak lanjutan dari kebijakan ekonomi global.
Menurutnya, depresiasi rupiah sangat mungkin terjadi jika Bank Sentral AS (The Fed) kembali menaikkan suku bunga acuannya.
Kenaikan suku bunga ini akan memperkuat dolar AS dan menekan mata uang negara berkembang seperti Indonesia.
Pernyataan ini disampaikan Fadhil pada Jumat, 4 April 2025 dan dipublikasikan melalui video oleh ANTARA dengan pewarta Putri Hanifa, Chairul Fajri, dan Gracia Simanjuntak.
- Penulis :
- Pantau Community
- Editor :
- Ricky Setiawan