
Pantau - Langkah Presiden Prabowo dalam memangkas belanja modal dan barang pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 sebesar Rp 300 triliun dinilai sebagai langkah yang baik oleh mantan Menteri Keuangan RI, Chatib Basri.
Chatib menekankan bahwa efisiensi anggaran tersebut hanya akan berdampak signifikan jika hasil penghematan tersebut segera dibelanjakan ke sektor-sektor produktif.
Menurutnya, menunda penggunaan hasil efisiensi justru bisa merugikan negara karena dana tersebut sudah menimbulkan biaya, namun belum menghasilkan manfaat ekonomi.
"Kalau eksekusi baru muncul tahun depan. Maka ini kita mirip dengan uang pinjam dari bank. Kita sudah turun, sudah bayar bunga tapi tidak investasi, dan itu costnya mahal sekali. Jadi harus dipikirkan satu multiplier yang tinggi," kata Chatib dalam Panel Discussion oleh The Yudhoyono Institute di Jakarta, Minggu (13/4/2025).
Dorongan Investasi ke Sektor Produktif dan Perlindungan Sosial
Chatib menyarankan agar dana hasil efisiensi APBN dialokasikan ke sektor seperti pariwisata, yang dinilainya memiliki dampak luas terhadap penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi, terutama di luar wilayah perkotaan.
"Yang punya dampak kepada lapangan pekerjaan. Saya kasih contoh misalnya sektor pariwisata. Karena itu backward dengan forward linkage nya itu sangat besar, atau beberapa sektor lain," katanya.
Selain investasi ke sektor produktif, Chatib juga menyoroti pentingnya perlindungan sosial bagi masyarakat, khususnya di tengah ketidakpastian ekonomi global yang sedang berlangsung.
Ia menegaskan bahwa perlindungan sosial sangat penting untuk menjaga daya beli masyarakat dan mendukung pemulihan ekonomi nasional.
Dalam pandangan ekonominya, belanja pemerintah merupakan faktor kunci dalam meningkatkan permintaan barang dan jasa, yang pada akhirnya mendorong roda perekonomian.
"Apakah itu BLT, apakah itu percepatan program MBG, yang kemudian akan memperkuat daya beli masyarakat," katanya.
- Penulis :
- Pantau Community