
Pantau - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan bahwa penurunan tarif resiprokal Amerika Serikat terhadap komoditas ekspor manufaktur Indonesia dari 32 persen menjadi 19 persen akan memperkuat daya saing industri nasional di pasar global.
Agus menilai keputusan Amerika tersebut akan berdampak langsung terhadap peningkatan utilisasi industri, penciptaan lapangan kerja, dan penguatan struktur industri nasional.
"Keputusan Amerika untuk menurunkan atau menyesuaikan tarif terhadap sejumlah komoditas ekspor manufaktur Indonesia akan meningkatkan daya saing produk kita di pasar mereka. Ini akan berdampak langsung terhadap industri terutama utilisasi, penciptaan lapangan kerja, dan penguatan struktur industri nasional," ungkapnya.
Agus juga menyebut bahwa kesepakatan tarif ini membuka peluang lebih besar bagi produk manufaktur Indonesia untuk menembus pasar Amerika Serikat.
Menurutnya, pelaku industri menyampaikan apresiasi atas kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto yang berhasil menjalin kesepakatan positif dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terkait pemberlakuan tarif resiprokal tersebut.
Agus menjelaskan bahwa saat ini rasio output sektor manufaktur Indonesia untuk pasar ekspor dan domestik adalah 20 banding 80, di mana sebagian dari 20 persen output ekspor ditujukan ke pasar Amerika.
"Sebagian dari total 20 persen output produk manufaktur yang berorientasi ekspor tersebut dijual ke pasar Amerika," katanya.
Pada tahun 2024, nilai ekspor Indonesia ke Amerika Serikat mencapai 26,31 miliar dolar AS, menyumbang 9,94 persen dari total ekspor nasional sebesar 264,70 miliar dolar AS.
Sementara itu, tingkat utilisasi industri Indonesia pada 2024 tercatat sebesar 65,3 persen, yang dinilai masih memberikan ruang peningkatan dalam merespons pertumbuhan permintaan dari pasar Amerika.
Indonesia juga mencatat surplus neraca perdagangan dengan Amerika sebesar 14,34 miliar dolar AS sepanjang tahun 2024, berkontribusi 46,2 persen terhadap total surplus perdagangan Indonesia secara keseluruhan.
Menperin optimistis bahwa kesepakatan tarif ini akan menjadi dorongan signifikan bagi peningkatan kinerja industri ekspor, khususnya sektor padat karya.
"Tentunya, hal ini akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja lebih luas lagi pada industri padat karya seperti industri tekstil, produk tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan lainnya," jelasnya.
Kesepakatan IEU-CEPA Dinilai Buka Lebar Akses Ekspor ke Eropa
Selain kesepakatan dengan Amerika Serikat, Menperin juga menyoroti keberhasilan Indonesia dalam menjalin kesepakatan perjanjian dagang Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).
Kesepakatan ini disambut baik oleh pelaku industri karena dinilai akan membuka hambatan ekspor yang selama ini membatasi produk manufaktur Indonesia untuk bersaing di pasar Eropa.
"Pelaku industri juga berterima kasih dan mengapresiasi kepemimpinan Bapak Presiden Prabowo yang telah mencapai kesepakatan untuk penyelesaian perjanjian dagang IEU-CEPA. Perjanjian ini sangat ditunggu-tunggu dan dibutuhkan oleh industri manufaktur saat ini agar dapat menjual produknya di pasar Eropa serta meningkatkan daya saing produk manufaktur lebih tinggi lagi dibanding produk serupa dari negara lain," ujarnya.
IEU-CEPA diyakini akan memperluas akses pasar ekspor Indonesia secara lebih kompetitif ke kawasan Uni Eropa.
Menperin menyatakan bahwa keberhasilan Presiden Prabowo dalam menjalin dua kesepakatan dagang penting tersebut merupakan tonggak sejarah bagi industri manufaktur Indonesia.
"Kami yakin dengan dua kesepakatan perdagangan ini maka ekosistem manufaktur Indonesia akan lebih kuat, maju, mandiri dan berdaya saing tinggi ke depannya. Industri manufaktur nasional juga akan berkontribusi lebih tinggi lagi bagi program industrialiasi Presiden Prabowo guna mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen pada tahun 2029," tegasnya.
- Penulis :
- Arian Mesa