Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Ekonom Perbanas: Tangkal Pelemahan Rupiah, Perkuat Instrumen Penarik Devisa Bukan Naikkan Bunga Valas

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Ekonom Perbanas: Tangkal Pelemahan Rupiah, Perkuat Instrumen Penarik Devisa Bukan Naikkan Bunga Valas
Foto: (Sumber: Arsip foto - Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (15/5/2025). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/bar/pri.)

Pantau - Chief Economist Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas), Dzulfian Syafrian, menyatakan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah disebabkan oleh kebijakan yang kurang tepat, yakni menaikkan suku bunga deposito valuta asing, yang justru mendorong konversi rupiah ke dolar AS.

Pada pembukaan perdagangan Jumat, 26 September 2025, nilai tukar rupiah tercatat melemah 26 poin atau 0,15 persen menjadi Rp16.775 per dolar AS, dari posisi sebelumnya Rp16.749 per dolar AS.

Dzulfian menjelaskan bahwa arahan pemerintah kepada bank-bank Himbara untuk menaikkan bunga deposito valas sebenarnya ditujukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar USD terhadap IDR.

Namun, kebijakan ini justru menimbulkan efek sebaliknya karena pasar dan investor cenderung mengonversi dana dalam rupiah ke valuta asing untuk mengejar imbal hasil lebih tinggi.

Instrumen Penarik Devisa Harus Jadi Fokus Utama

Menurut Dzulfian, kebijakan yang lebih tepat dalam situasi seperti ini adalah memperkuat instrumen penarik devisa agar arus modal asing masuk lebih besar ke Indonesia.

Instrumen yang dimaksud meliputi:

  • Devisa Hasil Ekspor (DHE)
  • Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI)
  • Obligasi global

Ia menyarankan agar insentif hanya diberikan kepada aliran dana masuk (capital inflow), bukan kepada dana domestik yang dikonversi ke dolar AS.

“Yang perlu didorong adalah instrumen untuk menarik devisa dari luar, bukan kebijakan yang memicu perpindahan dari IDR ke USD oleh pelaku pasar dalam negeri,” ujarnya.

Intervensi BI Terbatas, Diperlukan Desain Kebijakan Jangka Panjang

Bank Indonesia dipastikan akan melakukan intervensi apabila pelemahan rupiah berlangsung terlalu tajam.

Namun, Dzulfian mengingatkan bahwa intervensi ini memiliki keterbatasan karena cadangan devisa Indonesia tidak bisa digunakan secara terus-menerus.

Ia menekankan bahwa pelemahan nilai tukar saat ini bukan hanya persoalan teknis jangka pendek, melainkan sudah menyentuh masalah struktural.

Oleh karena itu, dibutuhkan desain kebijakan yang lebih efektif, terarah, dan berorientasi jangka panjang untuk menjaga ketahanan nilai tukar rupiah.

Penulis :
Aditya Yohan
Editor :
Aditya Yohan