Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

UIN Jakarta dan Abu Dhabi Forum for Peace Sepakat Perkuat Perdamaian Dunia Lewat Kerja Sama Akademik

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

UIN Jakarta dan Abu Dhabi Forum for Peace Sepakat Perkuat Perdamaian Dunia Lewat Kerja Sama Akademik
Foto: (Sumber: Pertemuan forum internasional kolaborasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Abu Dhabi Forum for Peace di Gedung Harun Nasution, Kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bertajuk “Fikih Realitas dan Toleransi: Meneguhkan Nilai-Nilai Di Dunia Yang Hilang” di Tangerang, Banten, Jumat (26/9/2025). ANTARA/UIN Jakarta)

Pantau - Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menjalin kemitraan strategis dengan Abu Dhabi Forum for Peace untuk memperkuat upaya perdamaian dunia melalui kolaborasi akademik dan riset lintas negara.

Fiqh Realitas dan Moderasi sebagai Dasar Perdamaian Global

Rektor UIN Jakarta, Prof. Asep Saepudin Jahar, menyampaikan bahwa kemitraan ini menjadi langkah penting dalam merespons krisis kemanusiaan global yang kian kompleks.

"Fiqh realitas dan toleransi merupakan pintu masuk penting bagi kehidupan beragama yang damai dan moderat," ungkap Prof. Asep.

Ia menambahkan, "Dengan spirit ini, kita dapat memperkuat kemampuan umat Islam untuk hidup berdampingan, membangun dialog, serta menghadirkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam."

Menurutnya, kolaborasi antarakademisi dan pakar lintas negara sangat penting untuk merumuskan solusi atas tantangan sosial, politik, budaya, hingga ideologis yang terjadi di berbagai belahan dunia.

Prof. Asep menekankan bahwa fiqh realitas sangat dibutuhkan agar ajaran Islam dapat merespons tantangan kemanusiaan secara bijak, humanis, dan penuh penghormatan terhadap keberagaman.

Toleransi dan Dialog Jadi Fondasi Kerja Sama Global

Kepala Pusat Moderasi Beragama UIN Jakarta, Prof. Arif Zamhari, menyebut bahwa kolaborasi ini selaras dengan misi Abu Dhabi Forum for Peace yang didirikan oleh al-Allamah Syaikh Abdullah bin Bayyah.

Forum ini telah berkontribusi besar bagi perdamaian global, termasuk melalui Deklarasi Maroko 2016 tentang hak kaum minoritas agama dan Konferensi Lintas Agama di Washington 2018 yang melahirkan Alliance of Virtues.

"Kehadiran Forum Abu Dhabi untuk Perdamaian di Indonesia diharapkan menjadi jembatan dialog lintas iman dan budaya yang relevan dengan tantangan global saat ini, sekaligus memperkuat kontribusi Indonesia dalam mengupayakan perdamaian dunia," ujar Prof. Arif.

Wakil Kepala Perwakilan Kedutaan Besar UEA di Jakarta, Mrs. Shaima Salem Alhebsi, menyambut baik forum akademik ini, terutama dalam menghadapi berbagai tantangan global seperti konflik bersenjata, bencana alam, perubahan iklim, hingga krisis pemikiran dan ideologi.

"Semua ini menuntut kita untuk menggali kembali nilai-nilai bersama, memperkuat budaya dialog, mengikis kebencian, dan menegakkan semangat hidup berdampingan secara damai," tegas Shaima.

Ia menyebut bahwa kerja sama antarnegara dalam bidang akademik dan kebijakan adalah aset berharga bagi dunia.

"Dialog dan kerja sama akademisi dan pengambil kebijakan antarnegara adalah aset berharga bagi dunia," jelasnya.

Shaima juga menekankan pentingnya membangun masa depan yang lebih adil dan penuh toleransi melalui nilai-nilai bersama.

"Mengokohkan nilai-nilai bersama adalah langkah awal bagi perdamaian yang berkelanjutan. Dengan modal sejarah, nilai, dan kepentingan bersama, kita mampu berkontribusi dalam membangun masa depan yang lebih aman, adil, dan penuh toleransi," ungkapnya.

Indonesia dan UEA Tunjukkan Komitmen Moderasi dan Toleransi

Menurut Shaima, baik Uni Emirat Arab maupun Indonesia telah menunjukkan komitmen nyata dalam menjadikan toleransi, moderasi, dan koeksistensi damai sebagai prinsip utama kebijakan mereka.

Di UEA, prinsip tersebut diwujudkan melalui pembentukan Kementerian Toleransi, pendirian Abu Dhabi Forum for Peace, Majelis Hukama al-Muslimin, serta berbagai inisiatif global lainnya.

Sementara di Indonesia, falsafah Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila dinilai sebagai simbol dan model toleransi dunia.

Direktur Abu Dhabi Forum for Peace, Dr. Amina, menegaskan bahwa penyelesaian krisis kemanusiaan global memerlukan pendekatan baru yang tidak hanya berbasis intelektual, tetapi juga nilai-nilai kemanusiaan dan prinsip keadilan ekonomi.

"Kami menekankan pentingnya pengembangan pendekatan baru yang berfokus pada penguatan nilai-nilai kemanusiaan serta pembentukan prinsip keadilan ekonomi. Model ini menjadi landasan keilmuan yang relevan untuk menjawab berbagai persoalan, tanpa terkecuali, serta menjembatani setiap perbedaan yang ada," ungkap Dr. Amina.

Penulis :
Ahmad Yusuf