
Pantau - Pupuk bersubsidi masih dianggap sebagai instrumen strategis dalam menjaga ketahanan pangan Indonesia, namun efektivitasnya terus diuji oleh tekanan anggaran, lonjakan harga global, dan persoalan distribusi yang belum tuntas.
Kontribusi Pupuk Subsidi terhadap Produktivitas
Meskipun porsinya dalam struktur ongkos usaha tani tergolong kecil—sekitar 9,43 persen untuk padi, 13,44 persen pada jagung, dan 4,97 persen pada kedelai—pupuk subsidi terbukti memberikan dampak signifikan terhadap produktivitas pertanian nasional.
Sejak diluncurkan tahun 1969 bersamaan dengan pengembangan varietas padi unggul dan pendirian pabrik pupuk urea di Palembang, kebijakan ini turut mendorong tercapainya swasembada beras tahun 1984, sebuah capaian yang mendapat pengakuan dari FAO melalui penghargaan kepada Indonesia pada tahun 1985.
Tantangan: Kebutuhan Meningkat, Anggaran Terbatas
Seiring pertumbuhan penduduk dan meningkatnya ekspor komoditas strategis seperti sawit, kopi, dan kakao, kebutuhan pupuk nasional terus melonjak.
Namun, keterbatasan anggaran dan maraknya penyelewengan distribusi menjadi tantangan utama dalam pelaksanaan kebijakan ini.
Pada tahun 2024, alokasi pupuk subsidi sempat turun drastis menjadi 4,73 juta ton, anjlok 45 persen dibandingkan tahun 2018.
Situasi semakin memburuk akibat lonjakan harga pupuk global yang dipicu pandemi, konflik Rusia–Ukraina, serta pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
Respons Pemerintah dan Tantangan Efisiensi
Pemerintah merespons tekanan ini dengan mengucurkan tambahan anggaran sebesar Rp28,21 triliun untuk mengembalikan alokasi pupuk subsidi menjadi 9,55 juta ton.
Namun, data periode 2015–2025 menunjukkan adanya ketidakseimbangan: subsidi naik 73 persen, sementara volume pupuk hanya meningkat 6 persen.
Hal ini mencerminkan lonjakan biaya per satuan pupuk akibat ketergantungan pada impor bahan baku dan fluktuasi nilai tukar.
Kondisi ini memicu peredaran pupuk palsu dan menurunkan efektivitas pengeluaran petani, sehingga berisiko melemahkan ketahanan pangan nasional.
Dorongan Cari Alternatif Lebih Efisien
Ke depan, pemerintah pusat dan daerah didorong untuk mencari alternatif penyediaan pupuk yang lebih murah dan efektif agar subsidi tidak terus menjadi beban devisa negara.
Optimalisasi harga dan distribusi pupuk dinilai sebagai langkah krusial untuk memperluas jangkauan layanan bagi petani, meningkatkan produktivitas sektor pertanian, serta memperkuat fondasi ekonomi lokal maupun nasional.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf