billboard mobile
FLOII Event 2025 - Paralax
ads
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Indonesia Perkuat Kerja Sama Energi dengan Rusia, Fokus pada Hilirisasi dan Transisi Menuju Net Zero Emission 2060

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Indonesia Perkuat Kerja Sama Energi dengan Rusia, Fokus pada Hilirisasi dan Transisi Menuju Net Zero Emission 2060
Foto: (Sumber: Tenaga Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Satya Hangga Yudha Widya Putra (kiri atas) berbicara dalam forum internasional, di St Petersburg, Rusia, secara hybrid, Jumat (10/10/2025). ANTARA/Dokumentasi pribadi.)

Pantau - Pemerintah Indonesia memperkuat kerja sama strategis di sektor energi dengan Rusia, termasuk dengan perusahaan besar seperti Gazprom, Rosneft, dan Rosatom, sebagai bagian dari upaya percepatan transisi energi menuju net zero emission (NZE) pada 2060.

Pernyataan ini disampaikan oleh Tenaga Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Satya Hangga Yudha Widya Putra, dalam forum internasional di St Petersburg, Rusia, pada Jumat, 10 Oktober 2025.

“Indonesia berfokus pada transformasi strategis energi menuju net zero emission (NZE) pada 2060 dan program hilirisasi di seluruh sektor sumber daya alam”, ungkapnya.

Kolaborasi Strategis dan Tantangan Energi Nasional

Hangga menyebut Indonesia terbuka untuk berkolaborasi dengan Rusia di berbagai sektor energi strategis, termasuk penyediaan teknologi eksplorasi gas raksasa, pengembangan energi nuklir, serta proyek Carbon Capture and Storage/Carbon Capture, Utilization and Storage (CCS/CCUS).

Kerja sama ini dinilai penting untuk menjawab tantangan utama sektor energi nasional, seperti penurunan produksi minyak mentah, ketergantungan impor minyak dan LPG, serta keterbatasan kapasitas kilang domestik.

“Ketergantungan impor ini menimbulkan kerugian devisa yang diperkirakan mencapai Rp523 triliun per tahun, yang menyoroti urgensi agenda hilirisasi”, tegasnya.

Untuk mengatasi defisit energi, pemerintah membentuk Satuan Tugas Hilirisasi Strategis melalui Keputusan Presiden No. 1 Tahun 2025, yang mengoordinasikan hilirisasi 26 komoditas vital, termasuk minyak dan gas bumi, mineral, serta energi baru.

Fokus Satgas adalah mempercepat hilirisasi dan mengidentifikasi proyek-proyek potensial yang mendukung kemandirian energi nasional.

Hangga juga menekankan bahwa penyelesaian masalah energi tidak bisa dilakukan satu kementerian saja.

“Jika kita ingin memecahkan masalah energi utama di Indonesia, kita harus bekerja sama lintas kementerian. Tidak bisa diselesaikan satu kementerian”, katanya.

Fokus Energi Ramah Lingkungan dan Pengembangan Nuklir

Transisi energi nasional difokuskan pada tiga pilar utama: aksesibilitas, keterjangkauan harga, dan keberlanjutan lingkungan.

Indonesia memiliki potensi energi terbarukan sebesar 3.687 gigawatt (GW), namun baru sekitar 0,4 persen yang dimanfaatkan sejauh ini.

Untuk mendorong bauran energi hijau, pemerintah merencanakan implementasi program biodiesel B40 pada tahun 2025 dan B50 pada 2026.

Selain itu, CCS/CCUS menjadi strategi utama dekarbonisasi dengan target 15 proyek beroperasi sebelum 2030 dan potensi penyimpanan karbon dioksida (CO₂) antara 25,5 hingga 68,2 miliar ton.

Dalam mendukung target NZE 2060, Indonesia juga mulai mengkaji pengembangan energi nuklir menggunakan teknologi Small Modular Reactor (SMR).

Lokasi pengembangan SMR sedang dipertimbangkan di Kalimantan dan Sumatera.

Perusahaan nuklir Rusia seperti Rosatom dinilai memiliki keahlian yang dapat mendukung implementasi teknologi ini di Indonesia.

Penulis :
Aditya Yohan
Editor :
Tria Dianti