billboard mobile
FLOII Event 2025 - Paralax
ads
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Krisis Pasokan Emas Mengancam: Longsor di Tambang Freeport Ganggu Produksi, Antam Terpaksa Impor Puluhan Ton

Oleh Shila Glorya
SHARE   :

Krisis Pasokan Emas Mengancam: Longsor di Tambang Freeport Ganggu Produksi, Antam Terpaksa Impor Puluhan Ton
Foto: Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memberi sambutan dalam penandatanganan nota kesepahaman di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa 14/10/2025 (sumber: ANTARA/Putu Indah Savitri)

Pantau - Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa longsor di tambang bawah tanah Freeport di Grasberg Block Cave (GBC) berpotensi mengganggu pasokan emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Menurut Bahlil, produksi konsentrat di Freeport belum berjalan secara maksimal akibat longsor, sehingga pasokan ke smelter dan proses pemurnian emas terganggu.

"Sekarang ini kami lagi melakukan evaluasi total. Jadi, produksi konsentrat di Freeport belum dilakukan secara maksimal, maka dengan demikian pasti mengalami kekurangan pasokan," ungkapnya.

Tambang bawah tanah Freeport merupakan salah satu penghasil konsentrat tembaga terbesar yang juga menghasilkan emas sebagai produk sampingan dalam proses pemurniannya.

Dampak Terhadap Pasokan dan Strategi Antam

Antam saat ini telah menjalin kerja sama dengan PT Freeport Indonesia untuk pembelian emas sebanyak 30 ton guna memenuhi permintaan dalam negeri.

Namun, pasokan dari Freeport terancam terganggu akibat bencana longsor yang menyebabkan smelter kekurangan bahan baku konsentrat.

Bahlil menjelaskan bahwa dalam kondisi normal, pemurnian 3 juta ton konsentrat tembaga di smelter Freeport dapat menghasilkan antara 50 hingga 60 ton emas.

"Memang sekarang ini adalah refinery emas kita itu kan di Freeport. Kalau 3 juta konsentrat (tembaga) yang diolah oleh smelter, itu menghasilkan 50 sampai 60 ton emas," jelasnya.

Produksi emas Antam dari tambang Pongkor di Jawa Barat hanya sekitar 1 ton per tahun, jauh dari kebutuhan pasar yang terus meningkat.

Pada tahun 2024, Antam mencatat realisasi penjualan emas sebanyak 43 ton, dan menargetkan kenaikan menjadi 45 ton pada 2025.

Upaya Pemerintah dan Usulan Regulasi

Kementerian ESDM bersama Dirjen Minerba, Tri Winarno, tengah membahas strategi untuk mengatasi kekurangan pasokan emas Antam.

"Kami lagi membahas dengan Dirjen Minerba langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk kemudian bisa mengoptimalkan kebutuhan daripada Antam terhadap emas itu sendiri," ujar Bahlil.

Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR pada 29 September lalu, Direktur Utama Antam Achmad Ardianto mengungkapkan bahwa Antam terpaksa mengimpor sekitar 30 ton emas dari Singapura dan Australia untuk menutup kekurangan pasokan.

Ardianto juga mengusulkan agar pemerintah menerbitkan regulasi yang mewajibkan perusahaan tambang menjual hasil produksi emasnya ke Antam.

Saat ini, Antam menghadapi kendala dalam membeli emas dari perusahaan pemurni karena tidak ada kewajiban menjual di dalam negeri serta adanya masalah perpajakan.

"Sebagian (perusahaan tambang) menjual ke perusahaan perhiasan, tetapi ada juga yang diekspor, karena memang peraturannya tidak mendorong orang untuk jual (emas) di dalam negeri," jelas Ardianto.

Penulis :
Shila Glorya