billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Elnusa Perkuat Ketahanan Energi Nasional Lewat Inovasi Cementing Sumur Migas

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Elnusa Perkuat Ketahanan Energi Nasional Lewat Inovasi Cementing Sumur Migas
Foto: (Sumber: Seorang analis melakukan pengujian di laboratorium cementing Elnusa di Mundu, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (30/10/2025). (ANTARA/Shofi Ayudiana).)

Pantau - PT Elnusa Tbk memperkuat kontribusinya terhadap ketahanan energi nasional melalui peningkatan layanan cementing atau penyemenan sumur migas yang menjadi aspek krusial dalam mendukung target produksi 1 juta barel minyak per hari (BPH) pada 2030.

Cementing, Fondasi Produksi Minyak yang Stabil

Direktur Operasi Elnusa, Andri Haribowo, menjelaskan bahwa cementing merupakan proses wajib dalam pengeboran sumur baru yang akan diproduksikan.

“Cementing bukan sekadar pelengkap, tapi pekerjaan fundamental,” ungkapnya kepada awak media saat kunjungan di fasilitas Integrated Supporting Base (ISB) Elnusa di Mundu, Indramayu.

Ia menambahkan, tanpa penyemenan yang tepat, lubang sumur berisiko runtuh dan fluida seperti air, gas, serta minyak dapat bercampur sehingga menghambat keluarnya minyak dari zona produktif.

“Katakanlah pengeboran senilai 3 juta dolar ditargetkan menghasilkan 500 barel, maka kualitas semen harus benar-benar sesuai dengan karakter sumur. Kalau tidak, produksi bisa gagal total,” ujarnya.

Elnusa memastikan setiap peralatan cementing melewati proses kalibrasi ketat agar memiliki ukuran akurat dan kekuatan sesuai standar kalibrasi internasional.

Cementing berfungsi merekatkan casing dengan formasi batuan, mencegah migrasi fluida antar lapisan, serta menjaga integritas dan kestabilan sumur.

Selain itu, diperlukan formula semen spesifik yang menyesuaikan dengan kondisi geologi sumur, termasuk kandungan CO2 atau gas lainnya.

ISB Mundu, Pusat Inovasi dan Pengujian Cementing

ISB Elnusa di Mundu, Indramayu, memiliki fasilitas laboratorium cementing dan gudang (warehouse) untuk perawatan, pemeliharaan, serta pengondisian peralatan sebelum dikirim ke lokasi pengeboran.

Sebelumnya, formulasi dan pengujian semen dilakukan oleh pihak ketiga, namun kini Elnusa telah memiliki laboratorium sendiri untuk merancang formula, menguji kekuatan, dan memastikan kualitas sesuai standar industri.

“ISB bukan lagi sekadar gudang, tapi pusat kerja teknis dan pengujian. Kami menyebutnya Integrated Supporting Base karena perannya yang strategis dalam mendukung operasional pengeboran,” kata Andri.

Fasilitas serupa juga terdapat di Balikpapan (Kalimantan Timur), Duri (Riau), dan Prabumulih (Sumatera Selatan) sebagai bagian dari strategi Elnusa dalam menciptakan operasional regional yang efisien dan terintegrasi.

PHE menargetkan pengeboran sekitar 900 sumur di seluruh wilayah kerja tahun ini, termasuk 400 sumur di Rokan dan 100 sumur di Prabumulih.

Keberhasilan pencapaian target produksi sangat bergantung pada kualitas cementing.

Cementing untuk Sumur Tua dan Target Energi Nasional

Cementing juga berperan penting dalam kerja ulang (workover) sumur lama yang mengalami fenomena water blocking, di mana air menggantikan posisi minyak dan menghambat aliran hidrokarbon.

Melalui kerja ulang tersebut, dilakukan penyemenan ulang untuk memperbaiki kualitas casing semen, menutup jalur air dari zona non-produktif, serta membuka kembali akses ke zona target minyak dan gas.

Dengan cara itu, sumur tua dapat kembali produktif dan mendukung pencapaian target produksi nasional.

“Banyak kasus di industri migas di mana sumur gagal produksi karena kualitas semen yang tidak sesuai. Semua orang perminyakan tahu betapa kritikalnya cementing,” ujar Andri.

Saat ini, produksi migas Indonesia masih sekitar 600.000 BPH, sedangkan konsumsi mencapai 1,6 juta BPH, sehingga ketergantungan pada impor minyak masih tinggi.

Elnusa berkomitmen mendukung program pemerintah untuk mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi nasional, termasuk target lifting 1 juta BPH pada 2030.

Perusahaan ini juga mendukung Asta Cita pemerintah dalam upaya menuju kemandirian energi nasional.

Menurut Andri, pengembangan kapabilitas lokal menjadi kunci untuk mencapai target swasembada energi yang berkelanjutan dan berdaya saing global.

Penulis :
Aditya Yohan
Editor :
Tria Dianti