billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Ashoka Dorong Gerakan Pembaharu Sosial Berbasis Keluarga di Lampung Hadapi Krisis Sosial

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Ashoka Dorong Gerakan Pembaharu Sosial Berbasis Keluarga di Lampung Hadapi Krisis Sosial
Foto: (Sumber: Kegiatan penguatan peran keluarga sebagai agen perubahan lingkungan sosial oleh Ashoka Indonesia di Kota Metro Lampung. ANTARA/HO-Ashoka Indonesia..)

Pantau - Ashoka Indonesia mendorong pertumbuhan gerakan pembaharu sosial di Provinsi Lampung dengan pendekatan yang dimulai dari unit sosial terkecil yaitu keluarga, sebagai respons atas krisis sosial yang tengah melanda daerah tersebut.

Fondasi Sosial Keluarga Jadi Titik Awal Gerakan

Direktur Ashoka Asia Tenggara, Nani Zulminarni, menyampaikan bahwa Provinsi Lampung tengah menghadapi tantangan serius yang mencerminkan rapuhnya fondasi sosial di tingkat keluarga dan komunitas.

"Akses sanitasi aman di Provinsi Lampung baru mencapai 2,3 persen. Sepanjang 2024, tercatat ada 120 kasus kekerasan terhadap perempuan dan 432 pengajuan dispensasi kawin. Hal ini menandakan rapuhnya fondasi sosial di tingkat keluarga dan komunitas," ungkapnya di Bandarlampung.

Menurut Nani, kondisi ini mendorong penggerak lintas komunitas di Lampung untuk berkumpul dan bergerak bersama menumbuhkan semangat perubahan sosial dari lingkungan terkecil.

Gerakan pembaharu ini berakar pada nilai lokal, solidaritas lintas iman, dan spiritualitas yang tumbuh dari dalam keluarga.

"Lampung sedang menghadapi banyak krisis, tapi sekaligus punya banyak harapan. Di sini, lintas iman dan lintas generasi menjadi penting, karena perubahan tidak bisa berdiri di atas satu kelompok saja," ujarnya.

Ekosistem Pembaharu dan Peran Komunitas Lokal

Nani menekankan bahwa perubahan sosial sejati bermula dari lingkaran terdekat manusia, yaitu keluarga.

“Perubahan sejati dimulai dari rumah. Ketika keluarga menjadi ruang yang menumbuhkan empati, kolaborasi, dan keberanian untuk bertindak, masyarakat pun tumbuh dengan kepemimpinan yang berakar kuat,” katanya.

Saat ini, Ashoka membangun changemaker ecosystem atau ekosistem pembaharu di empat kota di Indonesia: Bandung, Pontianak, Surabaya, dan Lampung.

Keempat kota ini diharapkan menjadi simpul baru gerakan sosial di Asia Tenggara.

"Lampung memiliki energi luar biasa, ada solidaritas lintas iman, peran aktif perempuan dan semangat komunitas yang kuat. Semua ini adalah bahan bakar bagi gerakan pembaharu yang berkelanjutan," tutur Nani.

Dharma Setyawan, pendiri Gerakan Sosial Masyarakat Payungi, menambahkan bahwa gerakan sosial harus tumbuh dari dalam masyarakat sendiri.

“Ekosistem perubahan tidak bisa dibentuk dari luar. Ia harus tumbuh dari dalam masyarakat, dengan semangat gotong-royong dan keberlanjutan,” ujarnya.

Dharma juga menekankan pentingnya agen perubahan yang mampu menumbuhkan nilai kemanusiaan secara menyeluruh.

Menurutnya, nilai kemanusiaan itu mencakup aspek kesejahteraan material, mental, dan spiritual yang harus tumbuh bersamaan agar perubahan yang dihasilkan bisa bertahan dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat.

Penulis :
Ahmad Yusuf