Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Bank Indonesia: Inflasi Oktober 2025 Tetap Terkendali, Didukung GNPIP dan Kebijakan Moneter Konsisten

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Bank Indonesia: Inflasi Oktober 2025 Tetap Terkendali, Didukung GNPIP dan Kebijakan Moneter Konsisten
Foto: (Sumber: Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso usai menghadiri acara Taklimat Media di Kantor Pusat BI, Jakarta, Senin (26/5/2025). ANTARA/Rizka Khaerunnisa/pri.)

Pantau - Bank Indonesia (BI) memastikan bahwa inflasi pada Oktober 2025 tetap terjaga berkat konsistensi kebijakan moneter serta sinergi pengendalian harga melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.

Pernyataan tersebut disampaikan menanggapi data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis Senin, 3 November 2025, yang menunjukkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) mencatat inflasi sebesar 0,28 persen secara month to month (mtm) dan 2,86 persen secara year on year (yoy).

Inflasi Inti Naik, Tapi Tetap Dalam Target BI

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menyampaikan bahwa inflasi diperkirakan tetap berada dalam kisaran sasaran BI, yaitu 2,5±1 persen pada 2025 dan 2026.

Inflasi inti tercatat sebesar 0,39 persen (mtm) pada Oktober, naik dari bulan sebelumnya yang berada di angka 0,18 persen (mtm).

Secara tahunan, inflasi inti juga meningkat menjadi 2,36 persen (yoy), dari sebelumnya 2,19 persen (yoy).

Komoditas utama penyumbang inflasi inti bulan Oktober adalah emas perhiasan dan biaya kuliah akademi atau perguruan tinggi.

Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh peningkatan harga emas global dan faktor musiman dimulainya tahun ajaran baru.

Ekspektasi inflasi, menurut BI, tetap terjaga meskipun terjadi peningkatan harga di beberapa komoditas.

Harga Pangan Bergejolak Turun, Administered Prices Sedikit Naik

Kelompok harga bergejolak (volatile food) mencatat inflasi sebesar 0,03 persen (mtm), menurun dari 0,52 persen pada bulan sebelumnya.

Komoditas penyumbang utama dalam kelompok ini antara lain cabai merah, telur ayam ras, dan daging ayam ras.

Gangguan cuaca menjadi faktor utama yang memengaruhi keterbatasan pasokan dan mendorong kenaikan harga komoditas tersebut.

Inflasi tahunan kelompok volatile food naik menjadi 6,59 persen (yoy), dari 6,44 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.

“Ke depan, inflasi volatile food diprakirakan tetap terkendali didukung oleh eratnya sinergi antara Bank Indonesia bersama TPIP dan TPID melalui GNPIP di berbagai daerah,” ungkap BI.

Sementara itu, kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices) mengalami inflasi sebesar 0,10 persen (mtm), meningkat dari 0,06 persen pada bulan sebelumnya.

Kenaikan ini disebabkan oleh naiknya harga sigaret kretek mesin dan tarif angkutan udara, yang terdorong oleh penyesuaian harga jual eceran rokok dan bahan bakar avtur.

Inflasi tahunan kelompok ini tercatat sebesar 1,45 persen (yoy), naik dari 1,10 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.

Penulis :
Aditya Yohan