billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Eks Menkeu Chatib Basri Blak-blakan Soal Indonesia Disebut 'Miskin'

Oleh Widji Ananta
SHARE   :

Eks Menkeu Chatib Basri Blak-blakan Soal Indonesia Disebut 'Miskin'

Pantau.com - Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengungkapkan posisi negara Indonesia yang sering kali disebut negara miskin, namun juga sering kali disebut negara yang kaya dan besar.

Menurutnya hal tersebut tak perlu menjadi perdebatan. Sebab, kondisi yang sebenarnya bisa diukur dengan standar penghitungan kemampuan ekonomi suatu negara. 

"Ada definisinya, kalau pendapatan per kapita di bawah USD995 itu disebut sebagai low income (berpendapatan rendah), negara yang tergolong miskin," jelasnya dalam sebuah diskusi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (22/1/2019).

Baca juga: Maret 2019, Pemerintah Kembali Buka 100.000 Lowongan CPNS

Sementara kata dia, untuk negara dengan pendapatan per kapita USD995 hingga USD3.800 masuk dalam kategori menengah rendah atau lower middle income dan pendapatan per kapita USD3.800 hingga USD12 ribu masuk dalam kategori negara menengah tinggi atau upper middle income. "Indonesia jelas pendapatan per kapita itu USD3.800 hampir ke USD4 ribu Jadi kita itu upper middle country," terangnya.

Lebih lanjut Chatib juga menilai, Indonesia sebagai negara yang masih mengandalkan sumber daya alam dalam ekspor, terbukti mampu ekonomi tumbuh di kisaran 5.

Padahal di beberapa negara lain yang juga penghasil sumber daya alam terus berjuang untuk mendorong ekonomi mejunu ke level 3 persen. "Menteri Keuangan Nigeria pernah ngajak saya ngobrol,  mereka iri Indonesia pertumbuhan ekonominya bisa 5 persen. Tentu kita enggak bisa berpuas dengan ini, kita harus percepat. Tapi memang masa depannya (Indonesia) begitu cerah," jelasnya. 

Baca juga: Pak Prabowo Dengar Nih, Sri Mulyani Kasih Data Indonesia 'Jauh' dengan Haiti

Tak hanya itu, dia juga menyinggung bahwa daya beli masyarakat Indonesia juga dinilai masih menunjukkan gairah. Terbukti kata Chatib, saat dirinya ke Perth, Australia, Februari 2018 lalu ia menyebutkan, banyak masyarakat Indonesia rela menuju ke negara Kangguru tersebut hanya untuk sekedar menonton konser musik. 

"Makain banyak yang ke Perth di Februari karena mau nonton Phil Collins. Saya enggak bisa membayangkan 10 tahun yang lalu orang Indonesia datang ke Perth hanya untuk nonton Phil Collins, enggak mungkin. Jaman kita itu ngantri hanya nonton Persija lawan Persib, enggak mungkin Phil Collins," pungkasnya.

Penulis :
Widji Ananta