Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Tak Cuma Pekerja Koran, Media Online Juga Sunat Penghasilan Paparazzi

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Tak Cuma Pekerja Koran, Media Online Juga Sunat Penghasilan Paparazzi

Pantau.com - Zaman sebelum internet dan sosial media berkembang, banyak pekerjaan konvensional dilakukan masyarakat. Sebut saja mulai dari membaca berita dan mencari lowongan kerja dari surat kabar.

Tapi keberadaan internet dan sosial media juga rupanya mengancam pekerjaan para paparazi alias mencari info soal kehidupan para artis dan pejabat. 

Bayangkan saja, dulu seorang paparazzi yang berhasil memotret selebritas secara eksklusif memang akan menghasilkan uang banyak. Namun, memiliki penghasilan tetap di industri kontroversial ini semakin sulit, tulis Allison Schrager.

Baca juga: Mau Beli Baju Lebaran? Cek Harga Baju Keluarga yang Ciamik Nih

Dikutip BBC, Santiago Baez telah berprofesi sebagai seorang paparazzo sejak awal 1990an. Berbekal kamera di tangan, dia sudah menjadi saksi mata peristiwa perselingkuhan, kelahiran bayi, kematian, cinta bersemi, dan putusnya hubungan sejumlah warga New York paling kondang.

Sebagai paparazzi, Baez harus tahu di mana orang-orang terkenal New York bermukim serta punya jaringan informan dalam wujud supir, pelayan restoran, dan penjaga toko yang langsung menelepon begitu mereka melihat selebritas di depan mata.

Pendapatan Baez dan para paparazzi lainnya ditentukan oleh segelintir orang, seperti Peter Grossman, editor foto majalah Us Weekly dari 2003 hingga 2017.

Namun, Grossman tidak berurusan langsung dengan paparazzi. Mekanismenya, fotografer seperti Baez menjual foto-fotonya kepada sebuah agensi yang punya hubungan kerja dengan editor foto, seperti Grossman.

Seorang paparazzi menerima sekitar 20 persen sampai 70 persen dari royalti foto-foto yang dijual. Jumlahnya tergantung dari sosok fotografer dan kesepakatan yang dia rundingkan dengan agensi.

Semakin senior, piawai, dan berbakat sang fotografer maka semakin baik pula kesepakatan yang dia peroleh, termasuk penjualan foto secara eksklusif kepada sebuah agensi tertentu.

Foto-foto eksklusif yang menghebohkan dunia berita tabloid bisa menghasilkan uang banyak. Grossman mengaku pernah membayar 'enam digit' untuk rangkaian foto aktris Kristen Stewart yang sedang berpelukan mesra dengan Rupert Sanders, sutradara film Snow White and the Huntsman. Stewart membintangi film itu, sedangkan Sanders adalah pria yang sudah menikah.

Baca juga: Ingat! Hari Ini Tarif Ojek Online Sudah Naik, Baca Rincian Tarifnya!

Krisis keuangan dunia dan kian populernya media online akhirnya mengakhiri masa keemasan paparazzi. Media online meningkatkan permintaan foto-foto selebritas, namun harga yang dibayar perusahaan-perusahaan media turun jauh. Agensi-agensi foto mulai berkongsi atau menghadapi risiko bangkrut. Cara mereka berbisnis pun berubah.

Alih-alih menawarkan harga per foto kepada majalah-majalah, agensi foto menawarkan langganan. Cara ini memungkinkan perusahaan media memakai foto sebanyak mungkin dengan harga yang lebih murah.

Alhasil, para paparazzi dibayar sebagian kecil dari uang langganan yang didapat agensi foto. Besar atau kecilnya uang yang dihasilkan paparazzi tergantung dari jumlah foto mereka yang dipakai perusahaan media.

Itu artinya foto 'seperti orang awam' yang pernah dihargai US$5.000 hingga US$15.000 (Rp70-210 juta), kini hanya dihargai US$5 atau US$10 (Rp70-140 juta).

Jumlah penghasilan paparazzi semakin kecil. Zaman ketika mereka bisa meraup pendapatan sebesar enam digit telah berlalu. Kini mendapatkan foto eksklusif amat diperlukan untuk mendulang penghasilan besar.

Sebut saja di Indonesia mungkin warganet kerap mendengar akun instagram @lambe_turah yang menerima deretan foto dari beberapa orang yang berhasil mengabadikan foto para artis. Dimana saat ini deretan informasi yang diterima oleh masyakat sudah bisa didapat dari siapa pun. 

rn
Penulis :
Nani Suherni