
Pantau.com - Malaysia perlu siap siaga karena bisa menjadi korban ketegangan yang meningkat antara AS dan China, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad telah memperingatkan.
Pria berusia 94 tahun itu mengatakan pada Senin (21 Oktober) pagi bahwa Malaysia, ekonomi yang bergantung pada ekspor, pada akhirnya bisa juga menjadi sasaran sanksi.
"Secara ekonomi kita terhubung dengan kedua pasar, dan secara fisik kita juga terjebak di antaranya karena alasan geografis. Bahkan ada saran bahwa kita sendiri akan menjadi sasaran sanksi," lapor Reuters.
Menurut Reuters, AS, China dan Singapura adalah tiga pasar ekspor terbesar Malaysia.
"Sangat mengecewakan melihat para pendukung perdagangan bebas sekarang terlibat dalam perdagangan terbatas dalam skala besar," kata Bernama mengutipnya.
Baca juga: Benang Merah antara Jumlah Tabungan dengan Usia Kamu, Begini Penjelasannya
Berbicara di Konferensi Praxis ISIS di Kuala Lumpur, Mahathir menambahkan bahwa Malaysia perlu menjadi lebih kompetitif dan membangun "perusahaan kelas dunia yang dapat menghadapi saingan", lapor kantor berita negara.
Negara ini juga sedang mencari kerja sama regional di ASEAN untuk meredam dampak perang dagang, yang Mahathir peringatkan bisa menjadi Perang Dingin berikutnya, Bloomberg melaporkan.
Baru minggu lalu, Reuters melaporkan bahwa India, salah satu importir terbesar kelapa sawit Malaysia - sedang mempertimbangkan pembatasan perdagangan di negara Asia Tenggara itu.
Anggota parlemen India dilaporkan kesal atas komentar Jammu dan Kashmir yang dibuat Mahathir selama pidatonya di PBB pada bulan September. Perdana menteri kemudian mengulangi pernyataannya di Twitter, dan dibanting oleh netizen India karena menyindir bahwa India telah "menginvasi" wilayah yang disengketakan itu.
- Penulis :
- Nani Suherni