
Pantau.com - Ekonom Indef, Bhima Yudistira, melihat Singapura yang telah mengalami resesi menjadi peringatan bagi Indonesia. Dimana bakal menekan sektor perdagangan dalam negeri.
Sekadar informasi, Ekonomi Singapura masuk resesi, usai pertumbuhan ekonomi negara tersebut minus 41,2% pada kuartal II-2020 akibat dampak dari pandemi COVID-19.
Departemen Perdagangan dan Industri menyatakan, produk domestik bruto Singapura sebagaian besar dihitung dari data bulan April dan Mei. Akibatnya, ekonom memprediksi ekonomi negara di Asia Tenggara akan minus 37,4%.
Baca juga: IMF Prediksi Resesi Global Lebih Luas Akibat Pandemi COVID-19
Resesi didefinisikan jika pertumbuhan dua kuartal berturut-turut mengalami minus. Tercatat, pada kuartal I-2020, ekonomi Singapura minus 3,3%. Praktis, Singapura masuk ke jurang resesi.
"Singapura menjadi hubungan perdagangan dan investasi yang cukup penting bagi Indonesia. Indikasi resesi Singapura menjadi warning bagi Indonesia bahwa kinerja perdagangan akan terkontraksi cukup dalam," ujar Bhima di Jakarta, Selasa (14/7/2020).
Ia melanjutkan, arus barang yang keluar dan masuk dari Indonesia sebagian lewat hub Singapura. Kalau volume ekspor impor di sana turun tajam, harus bersiap kinerja perdagangan akan turun sepanjang tahun.
Baca juga: Cegah Resesi dengan Menguatkan Daya Beli
"Kemudian dari sisi investasi Singapura juga punya peran sebagai financial hub. Negara asal investasi kalau mau ke Indonesia lewatnya ke Singapura," tambahnya.
Bhima juga menambahkan, Singapura menjadi negara yang berkontribusi investasi penanaman modal asing. Hal ini tentu akan mempengaruhi investasi di Indonesia.
"Mereka resesi berarti kinerja investasi akan turun drastis khusus pada semester kedua," tuntasnya.
- Penulis :
- Tatang Adhiwidharta