Pantau Flash
HOME  ⁄  Food & Travel

William Ricketts Sanctuary, Jejak Seni di Pegunungan Dandenong Australia

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

William Ricketts Sanctuary, Jejak Seni di Pegunungan Dandenong Australia
Foto: William Ricketts Sanctuary di Pegunungan Dandenong, Australia (citydays.com)

Pantau - Terletak di Pegunungan Dandenong, sekitar 35 kilometer di sebelah timur Melbourne, William Ricketts Sanctuary adalah destinasi unik yang memadukan seni dan alam. Tempat ini menampilkan 92 patung karya William Ricketts, seorang seniman autodidak yang menciptakan mahakarya dari tanah liat untuk menghormati masyarakat Aborigin dan satwa asli Australia.

Karya yang Terinspirasi Legenda Aborigin

Pameran ini menggambarkan kisah-kisah Dreamtime masyarakat Aborigin dan keindahan fauna lokal. Ricketts, yang tidak memiliki pendidikan formal seni, menolak kehidupan kolonial tradisional. Ia lebih memilih hidup dalam harmoni dengan alam dan masyarakat Aborigin di pedalaman Australia, yang menjadi inspirasi utama karyanya.

Siapa William Edward Ricketts?

William Edward Ricketts lahir pada 11 Desember 1898 di Richmond, Victoria. Sebagai anak bungsu dari empat bersaudara, ia menunjukkan bakat kreatif sejak kecil, termasuk bermain biola. Meski awalnya bekerja sebagai magang pembuat perhiasan, Ricketts beralih ke seni tanah liat pada 1920-an, menjadikan hobinya sebagai jalan hidup.

Baca juga: Menelusuri Keindahan Strasbourg: Pesona Arsitektur, Pasar Natal, dan Rute Anggur Alsace

Pendirian Potters Sanctuary

Pada 1934, Ricketts membeli lahan seluas empat hektar di Pegunungan Dandenong. Tempat ini, yang awalnya dinamai "Potters Sanctuary", menjadi rumah sekaligus studio baginya. Ia menciptakan taman yang dipenuhi flora asli Australia, memastikan patung-patungnya menyatu dengan lingkungan. Di sinilah ia menemukan kedamaian dan menuangkan visinya tentang harmoni antara manusia dan alam.

Keterpesonaan dengan Budaya Aborigin

Ricketts mulai mengunjungi pedalaman Australia pada 1939, terinspirasi oleh karya Sir Baldwin Spencer dan Frank Gillen. Perjalanannya ke Central Australia antara 1949 hingga 1961 memberinya wawasan mendalam tentang budaya Aborigin. Ia menciptakan patung berdasarkan kisah dan wajah masyarakat setempat, termasuk beberapa yang didonasikan ke Pitchi Richi Sanctuary.

Transformasi Menjadi William Ricketts Sanctuary

Pada 1961, properti Ricketts dibeli oleh Victorian Forests Commission dan dibuka untuk umum pada 1964. Pemerintah menyediakan rumah baru dan fasilitas untuk mendukung seni Ricketts. Hingga wafatnya pada 1993, Ricketts tetap tinggal di sana, memperkaya koleksi patung dan mempertahankan pesan cintanya terhadap alam.

Baca juga: Bolzano, Destinasi Musim Dingin Paling Instagrammable di Dunia Tahun 2024-2025

Kontroversi dan Warisan Seni

Karya Ricketts mengundang pujian sekaligus kritik. Di satu sisi, ia dipandang sebagai pelopor pelestarian lingkungan dan penghormatan terhadap budaya Aborigin. Namun, beberapa pihak menilai karyanya mencerminkan pemahaman yang dangkal, bahkan dinilai memuat elemen apropriasi budaya. Meskipun demikian, patung-patungnya tetap menjadi daya tarik utama Sanctuary.

Tiga Patung Ikonik di Sanctuary

  • Australia Crucified: Menggambarkan kesedihan Ricketts atas hancurnya hutan akibat deforestasi dan kebakaran.
  • Earthly Mother: Melambangkan hubungan antara manusia dan alam melalui figur seorang ibu Aborigin dengan anak-anaknya.
  • Tree of Life: Tempat abu Ricketts disemayamkan, mewakili dedikasinya pada alam dan pesan cinta yang abadi.

William Ricketts Sanctuary menjadi tempat refleksi tentang hubungan manusia, budaya, dan alam. Karya-karya di sana tidak hanya menunjukkan kejeniusan seni, tetapi juga pesan mendalam tentang pentingnya harmoni dengan lingkungan dan penghormatan terhadap budaya asli. Sebagai tujuan wisata, Sanctuary ini menawarkan pengalaman yang memadukan keindahan seni dan ketenangan alam.

Baca juga: Daya Tarik Araya Arcade Garden, Wisata Kuliner dan Alam yang Menawan di Malang

Baca juga: Hellenic Museum, Perpaduan Sejarah dan Budaya Yunani di Melbourne

Baca juga: Hudson River Park: Destinasi Rekreasi Ikonik di Manhattan, New York

Penulis :
Latisha Asharani