
Pantau - John Wood the Elder dan John Wood the Younger adalah duo ayah-anak yang menciptakan keajaiban arsitektur di Bath. Dengan visi untuk mengubah kota ini menjadi mahakarya Georgia berwarna emas pucat, mereka meninggalkan warisan monumental yang masih memukau hingga hari ini. Proyek besar mereka dimulai dengan pembangunan St. John’s Hospital oleh Wood the Elder pada 1727 dan berpuncak pada karya ikonis Royal Crescent yang dirancang oleh Wood the Younger antara 1767 hingga 1774.
Harmoni Gaya yang Memesona
Meskipun bekerja dalam kerangka visi yang sama, kedua arsitek ini memiliki pendekatan yang berbeda. John Wood the Younger lebih menyukai desain minimalis ala Palladium yang sederhana namun penuh presisi. Sebaliknya, John Wood the Elder menghadirkan detail dekoratif yang kompleks dan kaya akan simbolisme. Salah satu karya paling menonjol dari Wood the Elder adalah The Circus, sebuah lingkaran bangunan teras yang mengelilingi taman hijau, mencerminkan perpaduan antara estetika dan makna spiritual.
Baca juga: Bath Abbey, Landmark Bersejarah dengan Arsitektur Ikonik di Inggris
John Wood the Elder: Arsitek dan Penggali Mitos
John Wood the Elder bukan hanya seorang arsitek berbakat, tetapi juga seorang pemikir yang mendalami mitologi Inggris dan mistisisme. Ia menulis tentang druidisme, neo-druidisme, dan legenda Raja Bladud, tokoh mitos yang diyakini sebagai pendiri Bath. Terinspirasi oleh Stonehenge, ia melakukan survei rinci pada 1740, menghasilkan peta dan pengukuran yang menjadi salah satu studi paling penting tentang situs tersebut.
The Circus dirancang dengan diameter 97 meter, hampir menyerupai lingkaran dalam Stonehenge yang ia ukur sebagai 99 meter. Desain ini mencerminkan keyakinannya bahwa Bath pernah menjadi pusat legenda Druid. Bahkan, ada teori bahwa The Circus, Royal Crescent, dan Queen’s Square dirancang untuk melambangkan perjalanan matahari, bulan, dan bumi dalam harmoni kosmik.
Keterkaitan dengan Freemasonry
Selain terinspirasi oleh legenda dan mitos, Wood the Elder juga memiliki hubungan dengan Freemasonry. Jalan Gay Street yang menghubungkan Queen’s Square dan The Circus menyerupai simbol kunci, salah satu elemen penting dalam Freemasonry. Pada fasad The Circus, terdapat 525 simbol tersembunyi, termasuk ikon-ikon yang mencerminkan Masonic, Druidisme, dan budaya lokal Bath. Ornamen berbentuk biji pohon ek yang menghiasi bagian atas bangunan adalah salah satu ciri khas yang paling mudah dikenali.
Baca juga: Pulteney Bridge, Keindahan Arsitektur dan Sejarah yang Menghubungkan Bath
Warisan Dua Generasi
Sayangnya, John Wood the Elder meninggal tiga bulan setelah pembangunan The Circus dimulai. Namun, visinya dilanjutkan oleh sang anak, menciptakan harmoni visual yang menghubungkan The Circus dengan Royal Crescent. Kedua karya ini menjadi simbol perjalanan spiritual, kebijaksanaan, dan keindahan arsitektur.
Bath telah mengalami kerusakan akibat serangan udara selama Perang Dunia II, tetapi bangunan-bangunan ikonis ini dipulihkan dengan cermat. Hari ini, pengunjung dapat menjelajahi keindahan arsitektur kota dengan mengunjungi kawasan utara Bath Abbey, tempat The Circus berdiri megah. Warisan dua generasi John Wood tidak hanya memperkaya Bath secara estetika, tetapi juga menjadi simbol perjalanan budaya dan spiritual yang abadi.
Karya-karya ini tidak hanya menunjukkan kemampuan luar biasa para Wood, tetapi juga menjadi bukti bahwa arsitektur dapat menggabungkan seni, mitos, dan simbolisme menjadi sebuah mahakarya yang mampu bertahan melampaui waktu.
Baca juga: Black Sabbath Bridge: Monumen Ikonik untuk Band Legendaris dari Birmingham
- Penulis :
- Latisha Asharani