
Pantau - Sejarah perang saudara di Korea berkaitan dengan kekuasaan Jepang di Korea. Berdasarkan buku “Perang Korea: Perang Saudara Terpanjang Hingga Saat Ini” yang ditulis oleh Ni Luh Bayu Purwa Eka Payani, aneksasi Jepang di Korea dimulai pada tahun 1500an, namun pada saat itu pengaruh Jepang di Korea masih lemah.
Tepatnya pada tahun 1592, Jepang mengirimkan 150.000an tentara bersenjata yang memiliki keahlian tinggi. Pada saat itu, target utama Jepang adalah China, dan penyerangan Jepang ke Korea hanya bertujuan untuk mengalahkan pengaruh China di Korea pada saat itu. Namun, pemimpin Angkatan Laut Korea bernama Yi Sun Shin berhasil mengalahkan angkatan laut Jepang.
Setelah Retorasi Meiji yaitu pada tahun 1910, Jepang kembali muncul sebagai negara yang kuat secara militer dan secara resmi kembali menganeksasi wilayah semenanjung Korea.
Seperti yang telah kita tahu bahwa Jepang telah kalah pada Perang Dunia II, dan kekalahan Jepang menjadi faktor utama Uni Soviet dan Amerika Serikat berkuasa di Semenanjung Korea. Kondisi ini pula yang melatarbelakangi perpecahan Korea menjadi dua bagian. Penyerangan Jepang terhadap Semenanjung Korea terjadi dalam dua tahap yaitu tahun 1592 dan tahun 1597.
Berdasarkan jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial yang berjudul “Analisis Perang Korea Tahun 1950-1953 dari Aspek Strategi dan Manfaatnya bagi TNI AL” oleh Suhardi dkk, setelah kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, wilayah Korea bagian selatan yang mendapat perlindungan Amerika memutuskan untuk membentuk negara baru dengan nama Republik Korea pada 15 agustus 1948. Wilayah inilah yang menjadi cikal bakal Korea Selatan. Sementara itu, wilayah Korea bagian Utara yang mendapat perlindungan dari Uni Soviet juga memutuskan untuk mendirikan negara barunya pada tanggal 1 Mei 1948 dengan nama resmi Republik Demokratik rakyat Korea atau yang saat ini disebut Korea Utara dengan Kim II Sung sebagai presiden pertamanya. Hal inilah yang kemudian mengawali perang saudara di Semenanjung Korea.
Baca juga:
Dampak Perang Saudara di Amerika Serikat 1861-1865 Bagi Perekonomian Amerika
5 Perang Saudara yang Pernah dan Sedang Terjadi di Indonesia
Sejak saat itu, tepatnya di tahun 1949 perang saudara di Semenanjung Korea mulai meningkat. Hal ini karena kedua negara Korea saling mengklaim bahwa mereka adalah representasi sesungguhnya. Pada masa itu juga memperlihatkan pihak Korea Utara yang semakin agresif terhadap Korea Selatan.
Kemudian, pada tanggal 25 Juni 1950, Korea Utara melancarkan invasi besar-besaran menerobos garis demarkasi 38 derajat menuju Korea Selatan. Korea Utara mengerahkan 231.000 tentara, 274 tank T-34-85, 150 pesawat tempur Yak, 110 pesawat pengebom, 200 artileri, 78 pesawat latihan Yak, dan 35 pesawat mata-mata. Selain itu, Korea Utara juga memiliki tambahan pasukan invasi diantaranya 114 pesawat tempur, 78 pesawat pengebom, 105 T-34-85 dan 30.000 pasukan.
Perang saudara semakin memanas, pada 5 Juli 1950 terjadi Pertempuran Osan yaitu pertempuran besar pertama antara Amerika Serikat dan Korea Utara. Pertempuran ini ditandai dengan penyerangan Task Force Smith atau pasukan AS yang dikirim untuk Korea Selatan, pasukan ini dikirim untuk menyerang Korea Utara di Osan. Namun, pasukan AS ini tidak membawa senjata yang mampu menghancurkan tank Korea Utara sehingga mereka gagal dengan memakan korban 180 orang tewas dan beberapa orang lainnya tertangkap.
Pada 15 September 1950, Dauglas MacArthur memimpin operasi pendaratan oleh pasukan Amerika dan PBB di kota pelabuhan Incheon, Korea Selatan. Pendaratan ini dilaksanakan saat gelombang ombak mengganas. Jenderal Mac Arthur merebut kembali Seoul, sementara itu tentara Korea Utara yang nyaris terkepung berhasil kabur ke Utara dengan menyisakan 25.000 pasukan.
Lalu, pada Januari 1951, tentara China dan Korea Utara melaksanakan Penyerangan Fase Ketiga dan penyerangan ini berhasil membuat pasukan PBB kewalahan dan membuat tentara China dan Korea Utara berhasil menguasai Seoul pada 4 Januari 1951.
Setelah jatuhnya Seoul di awal tahun 1951, pasukan gabungan Amerika lantas menggalakkan kembali serangan ke berbagai posisi yang dikuasai pasukan Korea Utara dan China. Sehingga, pada tanggal 14 Maret 1951, ibu kota Seoul kembali dikuasai oleh pihak selatan.
Pada Juli 1952, pasukan gabungan Amerika dari divisi 2 infanteri sempat mengalami kekalahan akibat serangan dari tentara China yang sempat berhasil merebut salah satu posisi pos terluar milik pasukan Amerika. Diketahui bahwa rangkaian perundingan diadakan untuk menemui titik terang, meskipun sempat menemui kebuntuan. Perundingan ini terjadi pada bulan Oktober 1952.
Selanjutnya, pada pertengahan Juli 1953, pasukan tentara China melancarkan serangan besar terhadap Korea Selatan, serangan tersebut berhasil dan menimbulkan korban yang cukup banyak dari pihak Korea Selatan. Meskipun begitu, pasukan China terkesan tidak ingin mengambil alih wilayah, diketahui bahwa serangan dilancarkan China ini bertujuan untuk menghukum Korea Selatan karena telah membebaskan lebih dari 27.000 orang tawanan yang menolak pulang ke Korea Utara maupun Ke China.
Pada tanggal 27 Juli 1953 dilaksanakan perundingan Panmunyom, yang merupakan perundingan yang bersambung pada perundingan di Kaesong. Perundingan ini membahas masalah garis demokrasi dimana pihak utara mengusulkan garis demokrasi selebar 2 mil yang selanjutnya daerah ini dijadikan daerah bebas militer. Tentu saja dengan persetujuan pihak Korea Selatan, artinya permasalahan pada perundingan sebelumnya yaitu perundingan Kaesong sudah teratasi dan terselesaikan.
Kemudian, perundingan selanjutnya yaitu perundingan gencatan senjata yang mengakhiri perang saudara antara kedua wilayah Korea. Berdasarkan web resmi UN Peacemaker, perjanjian ini menggambarkan penarikan pasukan militer dan pembentukan zona demiliterisasi sebagai zona penyangga antara kedua pihak dan untuk mencegah terjadinya insiden yang dapat menyebabkan dimulainya kembali permusuhan. Komisi Pengawas Negara Netral dan Komisi Gencatan Senjata Militer dibentuk untuk mengawasi, melakukan observasi, inspeksi dan investigasi terhadap pelaksanaan Perjanjian Gencatan Senjata ini. Gencatan senjata juga mengikat para pihak untuk menyelesaikan segala pelanggaran perjanjian ini melalui negosiasi.
- Penulis :
- Latisha Asharani










