
Pantau - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali memunculkan wacana kontroversial dengan gagasannya untuk merelokasi warga Palestina di Gaza ke negara-negara tetangga seperti Mesir dan Yordania. Dalam usulan tersebut, Trump menyarankan pembangunan pemukiman baru untuk menampung lebih dari satu juta warga Palestina dari Jalur Gaza.
Menurut laporan CNN, Minggu (26/1/2025), Trump telah melakukan pembicaraan langsung dengan Raja Yordania Abdullah II dan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi terkait usulan ini."Saya ingin mereka menerima lebih banyak orang dari Gaza. Situasi di sana saat ini benar-benar berantakan," ujar Trump kepada wartawan.
Baca Juga:
Empat Tentara Wanita Israel Dibebaskan, Berterima Kasih kepada Hamas atas Perlakuan Manusiawi
Trump berpendapat bahwa pemindahan ini dapat menjadi solusi bagi konflik yang telah berlangsung selama beberapa dekade."Ada lebih dari satu setengah juta orang di Gaza, dan kondisinya seperti lokasi pembongkaran. Saya berharap negara-negara Arab dapat membantu memberikan tempat tinggal di lokasi lain yang lebih damai," tambahnya.
Hamas: Relokasi adalah Pelanggaran Hak Palestina
Menanggapi gagasan tersebut, Hamas dengan tegas menyatakan penolakan. Anggota biro politik Hamas, Bassem Naim, menyebut rencana itu sebagai bagian dari upaya memaksakan rakyat Palestina meninggalkan tanah kelahirannya.
"Rakyat Palestina telah menggagalkan rencana pemindahan seperti ini selama beberapa dekade, dan mereka akan terus melawan proyek-proyek semacam itu," ujar Naim, dilansir AFP.
Kelompok Jihad Islam Palestina turut mengecam keras gagasan Trump, menyebutnya sebagai tindakan yang mendukung kejahatan perang. Mereka menilai rencana ini bertujuan untuk memaksa rakyat Palestina meninggalkan hak atas tanah dan negaranya.
"Ini adalah bentuk kejahatan terhadap kemanusiaan yang akan kami lawan dengan segala cara," demikian pernyataan kelompok tersebut.
Usulan relokasi warga Gaza ini menambah panjang daftar kebijakan kontroversial Trump terkait Timur Tengah, yang kerap menuai kritik dari komunitas internasional dan kelompok pro-Palestina.
- Penulis :
- Ahmad Ryansyah