billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Netanyahu Tegaskan Penolakan Gencatan Senjata Permanen, Klaim Rencana Baru Gaza Bersama AS

Oleh Balian Godfrey
SHARE   :

Netanyahu Tegaskan Penolakan Gencatan Senjata Permanen, Klaim Rencana Baru Gaza Bersama AS
Foto: Oposisi dan Keluarga Sandera Kecam Pendudukan Berkelanjutan, ICC Telah Keluarkan Surat Penangkapan

Pantau - Otoritas Israel kembali menegaskan niat untuk menguasai penuh Jalur Gaza dan menolak seluruh bentuk kesepakatan damai permanen untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung sejak Oktober 2023.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa Israel hanya akan mempertimbangkan gencatan senjata bersifat sementara dengan tujuan memulangkan para sandera yang masih hidup.

"Jika ada peluang untuk jeda sementara demi mengembalikan lebih banyak sandera — saya tegaskan, jeda yang sifatnya sementara — kami terbuka untuk itu," ujar Netanyahu.

Ia menyebut bahwa saat ini masih ada setidaknya 20 sandera Israel yang dipastikan hidup di Gaza, sementara sekitar 38 lainnya diyakini telah tewas.

Penolakan Syarat Hamas dan Tuduhan Manipulasi Politik

Netanyahu secara tegas menolak syarat-syarat yang diajukan Hamas, termasuk penghentian perang, penarikan pasukan Israel dari Gaza, dan pembebasan tahanan Palestina.

Sebaliknya, Netanyahu menuntut perlucutan senjata total Hamas, penghapusan kepemimpinan kelompok tersebut, dan pendudukan kembali wilayah Gaza.

Sikap ini memicu kritik keras dari pemimpin oposisi dan keluarga para sandera, yang menuding Netanyahu memperpanjang konflik demi memenuhi tuntutan sayap kanan ekstrem dalam koalisi dan melindungi kepentingan politiknya.

Yair Lapid, pemimpin oposisi, menilai Netanyahu berbohong mengenai koordinasi dengan Amerika Serikat dan menyebut bahwa ia telah kehilangan simpati dari Presiden AS Donald Trump.

Sementara itu, Yair Golan dari kubu tengah-kiri menyebut konferensi pers Netanyahu sebagai pertunjukan dari seorang pria yang "penuh tekanan, penuh kebohongan, dan terobsesi menyalahkan orang lain."

Golan berjanji akan menuntut Netanyahu atas pencemaran nama baik dan mengalahkannya dalam pemilu mendatang.

Rencana Bantuan dan Tuduhan Genosida

Netanyahu mengklaim telah menyusun rencana baru bersama Amerika Serikat untuk mempercepat distribusi bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Rencana tersebut mencakup tiga tahap: pengiriman makanan dasar bagi anak-anak, pendirian titik distribusi yang dikelola perusahaan AS dan diamankan militer Israel, serta pembentukan zona evakuasi sipil.

Namun, implementasi rencana ini dinilai tidak menyentuh akar krisis, terutama ketika lebih dari 10.100 warga Palestina masih ditahan di penjara-penjara Israel dalam kondisi yang digambarkan organisasi HAM sebagai penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis.

Forum keluarga sandera menyebut situasi ini sebagai “kesempatan yang terlewatkan abad ini,” karena setelah lebih dari 19 bulan perang, belum ada tanda-tanda akhir konflik, pemulihan, atau rehabilitasi.

Hingga kini, serangan Israel ke Gaza telah menewaskan hampir 53.700 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak, dalam aksi yang digambarkan sebagai genosida oleh komunitas internasional.

Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas serangan besar-besaran ke Jalur Gaza.

Penulis :
Balian Godfrey