
Pantau - Pemerintah Tiongkok mendesak Paraguay agar segera mengakui prinsip Satu China dan menghentikan hubungan diplomatik dengan Taiwan, menyusul rencana kunjungan pemimpin Taiwan, Lai Ching-te, ke Paraguay pada Agustus 2025.
China Minta Paraguay Tak Abaikan Realitas Global
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menyampaikan pernyataan tersebut dalam konferensi pers di Beijing pada Selasa, 15 Juli 2025.
"Masyarakat dari berbagai sektor di negara-negara Amerika Latin, termasuk dari Paraguay, telah mengunjungi China dalam beberapa tahun terakhir. Ada pandangan yang disepakati secara luas di antara mereka bahwa Paraguay perlu berhenti mengabaikan China," ujarnya.
Paraguay merupakan satu dari hanya 12 negara di dunia yang masih menjalin hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan, dan satu-satunya di Amerika Selatan yang mempertahankannya.
Lin Jian menyebut prinsip Satu China sebagai norma dasar dalam hubungan internasional.
"Menegakkan prinsip Satu China adalah hal yang benar untuk dilakukan dan di dalamnya terdapat sejarah panjang dan tren opini publik yang semakin terlihat," jelasnya.
Desakan Tegas terhadap Paraguay dan Peringatan ke AS
Lin Jian juga menekankan bahwa Paraguay perlu segera mengambil langkah tegas sebelum terlambat.
"Kami mendesak pemerintah Paraguay untuk berhenti melawan tren zaman, dan menolak dimanipulasi dan dimanfaatkan oleh kekuatan kemerdekaan Taiwan. Pemerintah Paraguay perlu mendengarkan aspirasi rakyat Paraguay, dan membuat pilihan yang tepat yang benar-benar melayani kepentingan mendasar dan jangka panjang rakyatnya sesegera mungkin," tegasnya.
Ia juga mengimbau negara-negara di kawasan Amerika Latin dan Karibia untuk memahami dinamika regional dan global yang berkembang, serta membangun kerja sama dengan China melalui pengakuan terhadap prinsip Satu China.
Terkait rencana kunjungan Lai Ching-te ke Amerika Serikat, China menyampaikan penolakan keras terhadap segala bentuk interaksi resmi antara AS dan Taiwan.
"Kami menentang kunjungan apa pun ke AS oleh para pemimpin Taiwan, apa pun alasan. AS tidak boleh dengan cara apa pun membantu atau mendukung separatis kemerdekaan Taiwan dan aktivitas separatis mereka," lanjut Lin Jian.
China meminta pemerintah AS untuk memahami sensitivitas tinggi isu Taiwan dan kembali mematuhi prinsip Satu China serta tiga komunike bersama antara Tiongkok dan Amerika Serikat.
Profil Lai Ching-te dan Ketegangan Lintas Selat
Lai Ching-te, pemimpin dari Partai Progresif Demokratik (DPP), dikenal sebagai tokoh yang keras dalam memperjuangkan kemerdekaan Taiwan.
Beijing secara terbuka menyebut Lai sebagai sosok "berbahaya" dan bagian dari "kelompok separatis" yang dianggap dapat memicu konflik di kawasan Selat Taiwan.
Lai belum pernah mengunjungi AS sejak Donald Trump menjabat sebagai Presiden AS untuk kedua kalinya.
Namun, pada akhir 2024, ia sempat transit di Hawai dan Guam dalam perjalanan ke negara-negara Pasifik.
Di Hawai, Lai melakukan panggilan telepon dengan mantan Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, membahas apa yang mereka sebut sebagai “ancaman militer” dari China.
Sejak 2016, di bawah kepemimpinan Presiden Tsai Ing-wen yang juga berasal dari DPP, Taiwan secara konsisten menolak prinsip Satu China dan menyatakan bahwa Taiwan bukan bagian dari pemerintahan Beijing.
Saat ini, negara-negara yang masih memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan hanyalah Belize, Guatemala, Paraguay, Haiti, Saint Kitts and Nevis, Saint Lucia, Saint Vincent and the Grenadines, Kepulauan Marshall, Palau, Tuvalu, Eswatini, dan Vatikan.
- Penulis :
- Aditya Yohan