
Pantau - Pasukan Thailand dan Kamboja terus saling menembakkan peluru artileri di sepanjang perbatasan yang disengketakan pada hari Minggu (27/7), memperpanjang konflik bersenjata yang telah berlangsung selama empat hari.
Pertempuran Meningkat, Kedua Negara Saling Tuduh
Juru Bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata, mengatakan bahwa pasukan Thailand terus menyerbu wilayah Kamboja.
"Thailand menembakkan peluru artileri dan roket ke wilayah kami," ungkapnya, sebagaimana dikutip oleh harian Khmer Times.
Di sisi lain, Juru Bicara Angkatan Darat Thailand, Richa Suksuvanon, menyampaikan bahwa pasukan Kamboja juga melepaskan tembakan artileri ke berbagai wilayah di Thailand.
Suksuvanon menyatakan bahwa serangan tersebut menyebabkan kerusakan infrastruktur di wilayah Thailand, menurut laporan Thai PBS.
Ia menambahkan, "Thailand hanya akan menghentikan tembakan jika Kamboja bersedia melakukan negosiasi."
Konflik bersenjata ini merupakan eskalasi terbaru dari ketegangan perbatasan yang mencuat kembali sejak 28 Mei lalu, ketika seorang tentara Kamboja tewas.
Pertempuran terkini melibatkan wilayah sengketa antara Provinsi Preah Vihear di Kamboja dan Provinsi Ubon Ratchathani di Thailand.
Desakan Gencatan Senjata dari Presiden AS
Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Sabtu (26/7) melakukan pembicaraan dengan perdana menteri Thailand dan Kamboja.
Trump mendesak kedua pihak untuk segera memulai negosiasi gencatan senjata.
Ia mengungkapkan, "Kedua pihak telah menyetujui untuk memulai negosiasi gencatan senjata."
Meskipun begitu, hingga hari Minggu belum ada tanda-tanda penurunan eskalasi di lapangan.
Korban jiwa tercatat tetap berada di angka 33 orang, dengan Thailand melaporkan 20 kematian — termasuk enam tentara — dan Kamboja mencatat 13 korban tewas, termasuk lima tentara.
Tidak ada laporan korban jiwa baru pada hari Minggu, namun ribuan warga dari kedua sisi perbatasan telah dievakuasi untuk menghindari bahaya.
Konflik yang terus berlanjut ini menjadi perhatian dunia internasional, seiring meningkatnya risiko ketegangan regional di Asia Tenggara.
- Penulis :
- Leon Weldrick