
Pantau - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan kemungkinan akan melakukan kunjungan ke China dan bertemu langsung dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam waktu dekat, menyusul membaiknya hubungan ekonomi kedua negara.
Kementerian Luar Negeri China menyambut positif pernyataan tersebut.
“Diplomasi kedua kepala negara memainkan peran panduan yang tak tergantikan dan strategis dalam hubungan China-AS. Presiden kedua negara menjaga interaksi dan komunikasi yang erat,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, dalam konferensi pers di Beijing, Selasa (26/8).
Trump menyebut dirinya berharap bisa mengunjungi China pada tahun ini, sekaligus menyoroti bahwa hubungan ekonomi antara Amerika Serikat dan China menunjukkan perbaikan.
Isyarat Tarif Baru, Trump Sebut AS Punya “Kartu Luar Biasa”
Meskipun membuka peluang pertemuan bilateral, Trump tetap mengisyaratkan kemungkinan pengenaan tarif dagang yang lebih tinggi terhadap China.
Dalam pernyataannya, ia menyebut China memiliki “beberapa kartu”, tetapi menegaskan bahwa Amerika Serikat juga punya “kartu yang luar biasa”.
“Tetapi saya tidak ingin memainkan kartu-kartu itu. Jika saya memainkan kartu-kartu itu, itu akan menghancurkan China, saya tidak akan memainkan kartu-kartu itu,” ucap Trump.
Ia tidak merinci secara spesifik apa yang dimaksud dengan “kartu”, apakah merujuk pada kekuatan ekonomi, teknologi, atau kebijakan strategis lainnya.
Menanggapi pernyataan tersebut, Guo Jiakun menegaskan bahwa China tetap berpegang pada prinsip saling menghormati, hidup berdampingan secara damai, dan kerja sama saling menguntungkan.
“China akan terus menjaga kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan nasionalnya,” ujarnya.
Guo menambahkan bahwa China berharap Amerika Serikat bersedia bekerja sama untuk memajukan hubungan bilateral yang stabil, sehat, dan berkelanjutan.
Ketegangan Tarif dan Lisensi Ekspor Masih Bayangi Hubungan Dagang
Amerika Serikat dan China telah melakukan serangkaian negosiasi tarif sejak April 2025, di tengah memanasnya kembali perang dagang kedua negara.
Pada April, AS menetapkan tarif sebesar 145 persen terhadap produk-produk impor dari China.
Sebagai respons, China menetapkan tarif balasan sebesar 125 persen terhadap produk-produk asal AS.
Dalam pertemuan terakhir pada 12 Agustus 2025, kedua negara menyepakati pengurangan tarif sebagai langkah sementara:
AS akan menerapkan tarif sebesar 30 persen terhadap barang-barang dari China.
China akan menerapkan tarif sebesar 10 persen terhadap barang-barang dari AS.
Kebijakan ini berlaku hingga 10 November 2025.
Namun kesepakatan ini masih dianggap rentan menyusul tuduhan dari pihak Washington bahwa China lambat dalam memberikan persetujuan ekspor logam tanah jarang.
Logam tanah jarang merupakan komoditas penting dalam industri elektronik, otomotif, dan pertahanan, dan China merupakan produsen utamanya di dunia.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf
- Editor :
- Ahmad Yusuf