Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Puluhan Tentara Yaman Tewas dalam Serangan Separatis di Hadhramaut

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Puluhan Tentara Yaman Tewas dalam Serangan Separatis di Hadhramaut
Foto: (Sumber: Ilustrasi - Kelompok separatis. ANTARA/Anadolu..)

Pantau - Lebih dari 30 tentara Yaman dilaporkan tewas akibat serangan pasukan separatis di Provinsi Hadhramaut, Yaman bagian timur, pada Jumat, 12 Desember 2025.

Informasi tersebut dilaporkan kantor berita Saba dengan mengutip pernyataan staf umum angkatan bersenjata Yaman.

Staf umum angkatan bersenjata Yaman menyebut sedikitnya 32 perwira dan tentara tewas, sementara 45 lainnya mengalami luka-luka.

Sejumlah perwira dan tentara Yaman juga dilaporkan masih hilang setelah serangan tersebut.

Pihak militer Yaman menuduh pasukan separatis di wilayah selatan melakukan pembunuhan terhadap korban luka serta mengeksekusi tawanan.

Tindakan tersebut dinilai sebagai pelanggaran serius terhadap hukum internasional.

Eskalasi Konflik dan Upaya Diplomasi

Pasukan separatis dituduh berupaya merebut provinsi timur Yaman yang kaya sumber daya minyak dengan tujuan mengacaukan stabilitas Hadhramaut dan merusak proses politik.

Wilayah Hadhramaut diketahui berada di bawah kendali otoritas Yaman yang diakui secara internasional.

Seorang sumber pemerintah Yaman menyebut delegasi Arab Saudi dan Uni Emirat Arab datang ke Aden, ibu kota pemerintahan Yaman yang diakui secara internasional.

Delegasi tersebut bertemu dengan anggota Dewan Kepemimpinan Presiden Yaman Aidarus al Zubaidi yang juga merupakan pemimpin Dewan Transisi Selatan.

Pertemuan dilakukan untuk membahas mekanisme penarikan pasukan separatis selatan dari Provinsi Hadhramaut dan Al Mahrah guna meredakan eskalasi konflik.

Penarikan pasukan direncanakan ke posisi sebelumnya dengan pengalihan kendali wilayah kepada pasukan yang loyal kepada Ketua PLC Rashad Al Alimi.

Perebutan Minyak Picu Ketegangan

Pekan sebelumnya, Rashad Al Alimi mengunjungi Arab Saudi untuk membahas eskalasi militer di wilayah timur Yaman.

Eskalasi dipicu pengambilalihan lembaga pemerintah dan bandara di Provinsi Hadhramaut oleh separatis Dewan Transisi Selatan.

Konflik juga melibatkan bentrokan dengan suku-suku setempat terkait penguasaan sumber minyak.

Pada awal Desember, kelompok yang berafiliasi dengan separatis selatan mengambil alih ladang minyak Al Masilah setelah bentrokan dengan unit Aliansi Suku Hadhramaut.

Bentrokan tersebut mengakibatkan 12 orang tewas dan luka-luka dari kedua belah pihak.

Situasi itu memaksa perusahaan minyak menghentikan produksi yang sebelumnya mencapai sekitar 85.000 hingga 90.000 barel per hari.

Penulis :
Aditya Yohan