Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

AS Batasi Visa Menteri Kesehatan Brasil, Tak Bisa Hadiri Pertemuan Organisasi Kesehatan Pan Amerika

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

AS Batasi Visa Menteri Kesehatan Brasil, Tak Bisa Hadiri Pertemuan Organisasi Kesehatan Pan Amerika
Foto: (Sumber: Gedung Departemen Kesehatan dan Layanan Manusia AS (HHS) di Washington, D.C., Amerika Serikat (27/3/2025). ANTARA/Xinhua/Hu Yousong/aa.)

Pantau - Pemerintah Brasil menyatakan bahwa Amerika Serikat telah melarang Menteri Kesehatan Brasil, Alexandre Padilha, untuk menghadiri pertemuan Organisasi Kesehatan Pan Amerika (PAHO) di Washington melalui pembatasan visa.

Visa Terbatas, Padilha Tak Bisa Hadiri Pertemuan di Washington

Larangan tersebut terjadi pada Jumat, saat Padilha hanya diberikan visa terbatas oleh pihak Amerika Serikat.

Padilha memang mendapatkan izin masuk ke Amerika Serikat untuk mendampingi Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva dalam Sidang Majelis Umum PBB di New York pekan depan.

Namun, visa yang diberikan hanya mengizinkannya berada di area terbatas, yaitu seputar kantor pusat PBB dan hotel tempat ia menginap.

Akibat pembatasan ini, Padilha tidak dapat melakukan perjalanan ke Washington untuk menghadiri pertemuan PAHO.

Ia menyebut tindakan tersebut sebagai "tidak dapat diterima".

Padilha mengonfirmasi bahwa dirinya akan tetap berada di Brasil dan membatalkan rencana kunjungan ke Amerika Serikat.

Brasil Kecam Tindakan AS, Pertemuan Dianggap Strategis

Kementerian Kesehatan Brasil mengecam keras langkah Amerika Serikat, dan menyebutnya sebagai tindakan yang sewenang-wenang.

Pihak kementerian juga menegaskan bahwa kehadiran Brasil dalam pertemuan Pan American Health Organization sangat penting.

Pertemuan tersebut dinilai krusial karena membahas kerja sama vaksin regional bersama Argentina dan Meksiko.

Dalam waktu yang hampir bersamaan, Amerika Serikat diketahui menjatuhkan sanksi terhadap sejumlah hakim Mahkamah Agung Brasil.

AS juga menaikkan tarif terhadap berbagai produk asal Brasil.

Langkah-langkah tersebut diduga berkaitan dengan hukuman terhadap mantan Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, atas dugaan upaya kudeta.

Penulis :
Aditya Yohan