billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Hamas Kecam Netanyahu atas Penutupan Rafah: Sebut Pelanggaran Gencatan Senjata dan Ancam Proses Pemulihan Gaza

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Hamas Kecam Netanyahu atas Penutupan Rafah: Sebut Pelanggaran Gencatan Senjata dan Ancam Proses Pemulihan Gaza
Foto: (Sumber: Truk berisi bantuan menunggu masuk ke Gaza melalui perlintasan Rafah sisi Mesir pada 19 Januari 2025. (ANTARA/Xinhua/Ahmed Gomaa))

Pantau - Kelompok Hamas mengecam keputusan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang tetap menutup perlintasan Rafah, dan menyebut tindakan tersebut sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku sejak 10 Oktober 2025.

Penutupan Rafah Langgar Kesepakatan dan Rugikan Sipil

Kantor Netanyahu sebelumnya menyatakan bahwa perlintasan Rafah akan tetap ditutup hingga pemberitahuan lebih lanjut, meski seharusnya dibuka kembali pada Rabu sebagai bagian dari fase pertama gencatan senjata.

"Keputusan Netanyahu untuk mencegah pembukaan kembali perlintasan Rafah hingga pemberitahuan lebih lanjut merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap perjanjian gencatan senjata dan pengingkaran terhadap komitmen yang telah dibuatnya di hadapan para mediator dan pihak penjamin," ungkap Hamas dalam pernyataan resmi.

Penutupan ini berdampak besar terhadap kondisi kemanusiaan di Gaza.

Hamas menyebut, hal ini menghalangi evakuasi korban luka dan sakit, membatasi pergerakan warga sipil, menghambat masuknya peralatan pencarian korban hilang, serta menghalangi kerja tim forensik dalam mengidentifikasi jenazah.

Situasi ini juga dapat memperlambat proses pemulihan dan penyerahan jenazah sandera Israel, yang menjadi bagian penting dalam perjanjian gencatan senjata.

Sejak Israel memulai serangan ke Gaza pada Oktober 2023, tentara mereka telah memblokir perlintasan Rafah — satu-satunya jalur keluar dari Gaza yang tidak berada di bawah kendali Tel Aviv — sejak Mei 2024.

Israel Dituding Langgar Gencatan Senjata 47 Kali, Hamas Desak Tekanan Internasional

Hamas mencatat bahwa sejak gencatan senjata disepakati, Israel telah melakukan 47 pelanggaran, yang menyebabkan sedikitnya 38 warga tewas dan 143 orang lainnya luka-luka.

Kelompok tersebut menilai pelanggaran-pelanggaran itu menunjukkan niat agresif Israel serta keberlanjutan kebijakan pengepungan terhadap lebih dari dua juta warga Palestina di Jalur Gaza.

Hamas juga menuding Netanyahu menciptakan dalih-dalih palsu untuk menghindari kewajiban dalam melaksanakan isi kesepakatan.

Mereka mendesak para mediator dan pihak penjamin internasional untuk segera menekan Israel agar membuka kembali perlintasan Rafah, mematuhi seluruh ketentuan perjanjian, serta menghentikan kejahatan yang masih terus berlangsung di Gaza.

Dalam kerangka perjanjian gencatan senjata yang difasilitasi oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Hamas telah membebaskan 20 sandera Israel yang masih hidup dan menyerahkan jenazah 13 lainnya.

Sebagai gantinya, Israel membebaskan hampir 2.000 tahanan Palestina.

Fase pertama perjanjian mencakup pembebasan sandera, pembebasan tahanan, rekonstruksi Gaza, dan pembentukan mekanisme pemerintahan baru tanpa keterlibatan Hamas.

Menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza, serangan Israel sejak Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 68.100 orang dan melukai 170.200 lainnya.

Penulis :
Aditya Yohan
Editor :
Aditya Yohan