Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

PBB Terima Laporan Kekerasan Seksual dan Eksekusi di El Fasher, Sudan: Bantuan Diblokir, Ribuan Mengungsi

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

PBB Terima Laporan Kekerasan Seksual dan Eksekusi di El Fasher, Sudan: Bantuan Diblokir, Ribuan Mengungsi
Foto: (Sumber: Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA) mengatakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menerima laporan yang dapat dipercaya tentang kejahatan terhadap warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak, dari ibu kota negara bagian Darfur Utara yang diblokade. ANTARA/Xinhua)

Pantau - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menerima laporan yang dapat dipercaya mengenai kekerasan serius terhadap warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak, di El Fasher, ibu kota Darfur Utara, Sudan, yang kini dikuasai Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces/RSF).

Pasukan RSF telah menguasai El Fasher selama lebih dari satu pekan dan situasi kemanusiaan di wilayah tersebut terus memburuk.

Petugas kemanusiaan PBB melaporkan terjadinya eksekusi cepat serta kekerasan seksual yang berlangsung sejak pengambilalihan kota oleh RSF.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyatakan bahwa ratusan warga sipil, termasuk pekerja kemanusiaan, dilaporkan tewas, sementara banyak lainnya masih terjebak di dalam kota tanpa akses komunikasi.

OCHA juga mengungkapkan bahwa pengiriman bantuan penting untuk menyelamatkan nyawa masih diblokir oleh RSF, yang bertentangan dengan hukum humaniter internasional yang mengharuskan akses bantuan yang cepat dan tanpa hambatan.

Ribuan Mengungsi, Bantuan Terhambat, dan Kekerasan Meluas

Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mencatat sekitar 71.000 orang telah meninggalkan El Fasher dan sekitarnya sejak 26 Oktober 2025, sebagian besar menuju kamp-kamp pengungsian di Kota Tawila, sekitar 40 kilometer dari lokasi konflik.

Banyak pengungsi melaporkan menjadi korban pembunuhan, penculikan, dan kekerasan seksual selama perjalanan menuju tempat perlindungan.

Kondisi di Kota Tawila sangat memprihatinkan, dengan banyak keluarga tinggal di tempat terbuka atau penampungan darurat, persediaan makanan yang semakin menipis, serta keterbatasan air bersih.

PBB dan mitranya berupaya menyalurkan bantuan darurat berupa makanan harian, layanan kesehatan, air bersih, sanitasi, nutrisi, dan dukungan psikososial, namun akses yang terbatas dan kurangnya pendanaan membuat respons sangat terbatas.

Sementara itu, kekerasan juga meningkat tajam di wilayah Kordofan, dengan laporan pengungsian besar-besaran, penderitaan warga sipil, dan dugaan pelanggaran berat seperti eksekusi cepat terhadap warga di Bara, Kordofan Utara.

Antara 26 hingga 31 Oktober 2025, IOM mencatat sekitar 37.000 orang mengungsi dari wilayah Bara, Um Rawaba, dan desa-desa sekitarnya, dengan menghadapi ketidakamanan, kelangkaan pangan, dan kerusakan infrastruktur dasar.

Rencana bantuan kemanusiaan PBB untuk Sudan pada tahun 2025 baru didanai sebesar 28 persen, yaitu hanya menerima 1,17 miliar dolar AS dari total kebutuhan 4,16 miliar dolar AS.

OCHA menyerukan pendanaan yang mendesak dan fleksibel untuk mendukung jutaan warga yang terdampak konflik berkepanjangan di Sudan.

Penulis :
Ahmad Yusuf