
Pantau - Pasukan Dukungan Cepat (RSF), kelompok pemberontak yang terlibat konflik dengan militer Sudan, menyatakan kesiapannya untuk melaksanakan gencatan senjata kemanusiaan sebagai bagian dari inisiatif internasional yang diusulkan oleh Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Mesir.
RSF menyatakan bahwa langkah ini diambil demi kepentingan rakyat Sudan dan untuk merespons kondisi kemanusiaan yang memburuk akibat perang berkepanjangan.
"Untuk menanggapi aspirasi dan kepentingan rakyat Sudan, Pasukan Dukungan Cepat menegaskan kesediaannya untuk memberlakukan gencatan senjata kemanusiaan yang diusulkan negara-negara Quad (Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, Kerajaan Arab Saudi, dan Republik Arab Mesir) guna mengatasi konsekuensi kemanusiaan yang sangat parah akibat perang sekaligus memperkuat perlindungan bagi warga sipil," ungkap RSF dalam pernyataan resminya.
Gencatan Senjata Didukung oleh Negara-Negara Quad
Empat negara yang tergabung dalam inisiatif ini, yakni Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Mesir, telah mendorong tercapainya kesepakatan antara pihak-pihak yang bertikai di Sudan.
Dalam pernyataannya, RSF juga menegaskan bahwa bantuan kemanusiaan akan segera didistribusikan sesuai ketentuan gencatan senjata yang telah diusulkan.
Kelompok pemberontak tersebut juga berharap bahwa kesepakatan ini dapat menjadi awal dari pembicaraan damai yang lebih luas untuk mengakhiri konflik dan memulai proses politik yang menjamin perdamaian jangka panjang di Sudan.
Kondisi Terbaru di Lapangan: RSF Kuasai Al Fashir
Pada 26 Oktober lalu, RSF mengklaim telah berhasil merebut markas Divisi Infanteri ke-6 Angkatan Darat Sudan di Kota Al Fashir, wilayah strategis di Darfur Utara.
Kota ini sebelumnya menjadi salah satu benteng utama militer Sudan di kawasan tersebut.
Seorang pejabat pemerintah Sudan menyatakan bahwa setelah pengambilalihan kota oleh RSF, jumlah korban tewas di Al Fashir meningkat menjadi 2.200 orang.
Konflik Berkepanjangan Sejak 2023
Sudan telah dilanda konflik militer sejak 15 April 2023 antara Pasukan Dukungan Cepat (RSF) yang dipimpin oleh Muhammad Hamdan Dagalo dan militer pemerintah Sudan.
Pada Maret 2025, militer Sudan sempat mengklaim telah membebaskan ibu kota Khartoum dari kendali RSF.
Namun, pada awal April, RSF kembali melancarkan serangan besar-besaran di wilayah barat dan selatan, termasuk Darfur dan Kordofan.
Dalam perkembangan terakhir, RSF juga mengumumkan pembentukan pemerintahan sendiri di wilayah-wilayah yang berhasil mereka kuasai.
Kedua pihak saling menuduh satu sama lain telah melakukan pembunuhan terhadap warga sipil, yang semakin memperburuk situasi kemanusiaan di Sudan.
- Penulis :
- Aditya Yohan







