Pantau - Pemerintah Indonesia memaknai Paviliun Indonesia di Konferensi Perubahan Iklim ke-30 PBB (COP30) bukan hanya sebagai ruang diskusi, melainkan sebagai tempat lahirnya kolaborasi konkret dalam menghadapi krisis iklim global.
Dari Forum Karbon hingga Diplomasi Budaya
"Paviliun Indonesia adalah ruang harapan. Tahun ini kita membuktikan bahwa Indonesia membawa gagasan, solusi, dan aksi. Kita hadir bukan hanya untuk didengar, tetapi untuk memimpin," ujar perwakilan pemerintah Indonesia dalam pembukaan paviliun.
Salah satu momen penting di paviliun ini adalah penyelenggaraan forum Carbon Connection for Climate Action, yang mempertemukan pemilik proyek karbon nasional dengan calon pembeli dan investor dari berbagai negara.
Forum tersebut menghasilkan ekspresi minat terhadap 2.754.680 ton CO₂e dari 44 proyek yang diajukan oleh 28 proponen, mencakup sektor energi, kehutanan dan penggunaan lahan, serta pengelolaan sampah.
Hasil ini mencerminkan kepercayaan internasional terhadap integritas pasar karbon Indonesia dan menandai transisi dari proses negosiasi menuju implementasi nyata aksi iklim.
Sepanjang pelaksanaan COP30, Paviliun Indonesia telah mencatat:
Lebih dari 5.000 pengunjung
Lebih dari 50 sesi diskusi kebijakan
Kehadiran 60 pembicara
Kolaborasi dengan 100 mitra
Lebih dari 20 pertemuan bilateral juga digelar di paviliun ini, memperkuat kerja sama pembangunan dan dialog iklim antara Indonesia dan komunitas global.
Selain diplomasi kebijakan, paviliun ini juga menjadi panggung bagi diplomasi budaya, dengan menampilkan kekayaan nusantara melalui tarian, musik, busana tradisional, dan kuliner khas Indonesia.
Paviliun Indonesia Hadir di Tengah COP30 Brasil
Paviliun Indonesia merupakan bagian dari gelaran COP30 yang berlangsung sejak 10 hingga 21 November 2025 di Belém, Brasil.
Penutupan COP30 baru dilangsungkan pada Sabtu, 22 November 2025, setelah sempat tertunda karena insiden kebakaran yang terjadi di zona biru pada Kamis, 20 November.
- Penulis :
- Gerry Eka
