
Pantau - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa rancangan rencana perdamaian 28 poin untuk mengakhiri perang Rusia–Ukraina bukan merupakan tawaran final, meski telah menimbulkan kekhawatiran dari pihak Ukraina dan negara-negara pendukungnya.
Trump menegaskan bahwa Amerika Serikat berusaha mengakhiri konflik tersebut secepat mungkin.
“Perang ini seharusnya sudah berakhir sejak lama. Perang Ukraina dengan Rusia seharusnya tidak pernah terjadi. Kami berupaya mengakhirinya. Bagaimanapun caranya, kita harus mengakhirinya,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa jika Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menolak rancangan tersebut, maka “ia bisa terus berperang sekuat tenaga.”
Rancangan Perdamaian Dinilai Kontroversial
Isi utama dari draf perdamaian tersebut memuat sejumlah syarat berat bagi Ukraina, termasuk:
Penyerahan wilayah tambahan kepada Rusia
Pembatasan ukuran militer Ukraina
Pembatalan resmi upaya bergabung dengan NATO
Trump juga memberikan tenggat waktu hingga Kamis bagi Zelenskyy untuk memberikan tanggapan resmi terhadap proposal tersebut.
Presiden Zelenskyy merespons dengan menyatakan bahwa dirinya berada dalam dilema besar antara “kehilangan martabat kami” atau “risiko kehilangan mitra utama.”
Sekutu Ukraina Peringatkan Risiko Keamanan
Pemimpin dari sembilan negara Eropa, bersama dengan Jepang, Kanada, dan pejabat tinggi Uni Eropa, menyatakan kekhawatiran mendalam terhadap isi rancangan tersebut, khususnya soal pembatasan kekuatan militer Ukraina.
Mereka memperingatkan bahwa pembatasan itu “akan membuat Ukraina rentan terhadap serangan di masa depan.”
Sementara itu, Rusia sejak awal invasi pada Februari 2022 telah menyebut serangannya sebagai “operasi militer khusus” dengan tujuan “denazifikasi” dan “demiliterisasi Ukraina.”
Selain syarat dalam proposal Trump, Moskow juga menuntut agar bahasa Rusia diakui sebagai bahasa resmi di Ukraina.
- Penulis :
- Gerry Eka








