
Pantau - Serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut yang menewaskan lima orang dan melukai 28 lainnya mendapat kecaman keras dari Presiden Lebanon Joseph Aoun, yang menilai aksi itu sebagai bukti Israel mengabaikan seruan gencatan senjata.
Pernyataan Presiden Lebanon
Presiden Joseph Aoun pada Minggu (23/11) menyatakan serangan tersebut merupakan "bukti tambahan bahwa Israel mengabaikan seruan untuk menghentikan agresinya terhadap Lebanon," ungkapnya.
Aoun menegaskan bahwa Israel "menolak untuk menerapkan resolusi internasional dan menolak semua upaya dan inisiatif yang bertujuan untuk mengakhiri eskalasi dan memulihkan stabilitas tidak hanya di Lebanon tetapi juga di seluruh kawasan," ia mengungkapkan.
Ia menambahkan bahwa Lebanon telah mematuhi penghentian permusuhan "selama hampir satu tahun" dan berulang kali mengajukan inisiatif menjaga ketenangan.
Aoun kembali menyerukan komunitas internasional untuk "memikul tanggung jawab dan melakukan intervensi secara serius dan tegas untuk menghentikan serangan terhadap Lebanon dan rakyatnya, mencegah kerusakan dan pertumpahan darah lebih lanjut," katanya.
Serangan pada Sabtu itu bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan Lebanon ke-82 dan diklaim Israel menargetkan kepala staf Hezbollah, Ali Tabatabai.
Hezbollah mengonfirmasi bahwa Tabatabai tewas dalam serangan tersebut.
Pada Jumat (21/11), Aoun juga menyatakan Lebanon siap bernegosiasi dengan Israel "di bawah naungan PBB, AS, atau internasional bersama" guna mencapai "akhir yang tuntas" atas serangan lintas batas Israel, ujarnya.
Sikap Pemerintah dan Situasi di Lapangan
Perdana Menteri Lebanon Nawaf Salam turut mengutuk serangan tersebut dan menyerukan penyatuan seluruh upaya negara beserta lembaga-lembaganya.
Salam menegaskan bahwa melindungi warga sipil dan mencegah Lebanon masuk ke "jalur berbahaya" adalah prioritas pemerintah.
Ia menyatakan pemerintah akan terus menggunakan "semua jalur politik dan diplomatik dengan negara-negara sahabat dan saudara" untuk melindungi warga sipil, mencegah eskalasi, menghentikan serangan Israel, menarik pasukan Israel dari wilayah Lebanon, serta memulangkan tahanan Lebanon, ungkapnya.
Menurut Salam, stabilitas hanya dapat dicapai melalui implementasi penuh Resolusi DK PBB 1701, perluasan kewenangan negara di seluruh wilayah Lebanon, dan pemberian wewenang penuh kepada tentara Lebanon.
Resolusi DK PBB 1701 menyerukan penghentian permusuhan antara Hezbollah dan Israel serta pembentukan zona bebas senjata antara Sungai Litani dan garis perbatasan Garis Biru.
Israel telah melakukan beberapa serangan di pinggiran selatan Beirut sejak gencatan senjata, dengan serangan terbaru terjadi pada Juni.
Ketegangan di Lebanon selatan meningkat selama berminggu-minggu akibat serangan udara harian militer Israel yang mengklaim menargetkan anggota dan infrastruktur Hezbollah.
Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, sedikitnya 331 orang tewas dan 945 lainnya terluka akibat tembakan Israel sejak gencatan senjata mulai berlaku pada 27 November 2024.
UNIFIL melaporkan lebih dari 10.000 pelanggaran udara dan darat oleh Israel sejak gencatan senjata diberlakukan.
Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, tentara Israel seharusnya mundur dari Lebanon selatan pada Januari, namun hingga kini baru sebagian yang ditarik dan Israel tetap mempertahankan lima pos perbatasan.
- Penulis :
- Aditya Yohan







