Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Deepfake AI Dinilai Bisa Picu Perang Nuklir, Ahli Serukan Regulasi Global Teknologi Militer

Oleh Gerry Eka
SHARE   :

Deepfake AI Dinilai Bisa Picu Perang Nuklir, Ahli Serukan Regulasi Global Teknologi Militer
Foto: (Sumber: Ilustrasi deepfake yang dibuat dengan AI. (Google Gemini).)

Pantau - Teknologi deepfake berbasis kecerdasan buatan (AI) dinilai berpotensi memicu konflik bersenjata, bahkan perang nuklir, jika tidak diatur secara ketat dan bertanggung jawab.

Peringatan ini disampaikan dalam artikel Foreign Affairs yang dikutip oleh ANTARA pada Selasa (30/12/2025).

Deepfake Bisa Menyesatkan Pemimpin Negara Nuklir

Deepfake adalah teknologi AI yang mampu memproduksi video dan audio palsu dengan tingkat kemiripan tinggi, sehingga sulit dibedakan dari rekaman asli.

Ancaman terbesarnya adalah kemampuannya menciptakan kesan seolah-olah sebuah serangan telah terjadi, dan membuat pemimpin negara bersenjata nuklir mengambil keputusan balasan tanpa verifikasi yang memadai.

Konten palsu ini dapat menyebar dengan cepat di media sosial, dipakai untuk menyulut konflik, menggalang dukungan publik terhadap perang, atau bahkan memecah masyarakat lewat propaganda digital.

Ahli Sebut AI Militer Sebagai Ancaman Eksistensial

Kepala Ekonom UNDP Asia-Pasifik, Philip Schellekens, menegaskan bahwa penggunaan AI di bidang militer dapat menjadi “ancaman eksistensial bagi umat manusia.”

Ia menyerukan agar kontrol manusia tetap dominan dalam sistem pengambilan keputusan militer dan teknologi AI diatur secara global.

"AI di bidang militer bisa menjadi ancaman eksistensial bagi umat manusia," ujar Schellekens.

Regulasi Global dan Edukasi Publik Jadi Kunci Pencegahan

Para ahli menyarankan agar pengembangan dan penyebaran teknologi deepfake diatur melalui regulasi internasional yang ketat.

Selain itu, edukasi publik terhadap cara mendeteksi konten palsu juga dinilai penting untuk membangun ketahanan digital masyarakat.

Tekanan global terhadap transparansi pengembangan teknologi AI dipandang sebagai langkah mendesak untuk mencegah penyalahgunaan yang bisa memicu eskalasi konflik bersenjata secara tidak terkontrol.

Penulis :
Gerry Eka