
Pantau.com - Korea Utara mulai membongkar beberapa fasilitas penggerak di stasiun peluncuran satelit utamanya yang dipandang sebagai tempat uji coba rudal balistik antarbenua.
Melansir AFP, Selasa (24/7/2018), Trump telah menyatakan bahwa ancaman nuklir Korea Utara telah berakhir secara efektif. Kini, suami Melania itu pun mengaku semakin mesra dengan Kim Jong Un setelah berbalas pesan.
Situs web tersebut mengatakan bahwa sebuah bangunan pengolahan dan tempat uji mesin roket yang telah digunakan untuk menguji mesin-mesin bahan bakar cair di Sohae Satellite Launching Station-nya diruntuhkan.
Baca juga: Denuklirisasi Korut Tanpa Batas Waktu, Donald Trump Blunder?
38 Analis Utara Joseph Bermudez menyebut langkah itu sebagai langkah pertama yang penting bagi Kim dalam memenuhi janji terhadap Trump guna menghargai KTT yang dilangsungkan pada Juni lalu.
Untuk diketahui, Sohae telah menjadi lokasi peluncuran roket utama Korea Utara sejak 2012, dan Korea Selatan yang presidennya memelopori pertemuan puncak antara Trump dan Kim.
"Ini adalah tanda yang lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa," kata Wakil Direktur Kantor Keamanan Nasional Kepresidenan Korea Utara, Nam Gwan-pyo.
"Saya percaya mereka bergerak selangkah demi selangkah menuju denuklirisasi," tambah Nam.
Tetapi beberapa ahli memperingatkan agar tidak terlalu banyak meminta dan berharap jika proses penyerahan senjata nuklir akan berjalan lancar.
Baca juga: Ngeri! Bendungan Hidroelektrik Jebol, Laos Direndam 5 Miliar Meter Kubik Air
Peneliti senior yang berhubungan dengan James Martin Center untuk Studi Nonproliferasi di Monterey, Melissa Hanham mengatakan, bahwa ketika membongkar tempat uji coba nuklir adalah jalan yang bijaksana.
"Kecuali mereka membongkar keseluruhan situs, itu akan tetap menjadi lokasi utama Korea Utara untuk peluncuran ruang angkasa," kata Hanham .
"Korea Utara tidak memerlukan uji mesin Sohae lagi jika percaya diri dalam desain mesin. Seperti (Kim Jong Un) mengatakan dirinya, Korea Utara bergerak dari pengujian ke produksi massal," tambahnya.
"Kami mengabaikan Korea Utara terlalu lama, dan sekarang ini tentang mengelola berapa banyak senjata nuklir dan sistem pengiriman yang mereka miliki, bukan jika mereka memilikinya," katanya.
- Penulis :
- Widji Ananta