
Pantau.com - Amerika Serikat dan sekutunya siap untuk menghadapi provokasi lebih lanjut dari Korea Utara, kata utusan khusus Amerika Serikat untuk Korea Utara pada hari Rabu, 6 April 2022, mengingat bahwa negara 'keras kepala' tersebut bisa saja melakukan uji coba nuklir di masa depan.
Kim Sung juga mendesak Korea Utara untuk kembali berdialog, dengan mengatakan Amerika Serikat siap untuk membahas "kekhawatiran apa pun" yang berpotensi muncul.
"Saya tidak ingin berspekulasi terlalu banyak, tapi saya pikir bisa jadi akan ada peluncuran rudal lainnya, atau uji coba nuklir," kata Kim ketika ditanya tentang kemungkinan Korea Utara melakukan uji coba nuklir sekitar 15 April 2022.
"Yang penting kita, dalam kerja sama dan koordinasi dengan sekutu dan mitra kita, siap menghadapi apa pun yang mereka lakukan. Saya ingin menekankan bahwa kami jelas berharap mereka akan menahan diri dari provokasi lebih lanjut," tambahnya.
Para pejabat di Ibukota Korea Selatan, Seoul dan Ibukota Amerika Serikat, Washington mengatakan bahwa Korea Utara tampaknya sedang memperbaiki terowongan bawah tanah di lokasi uji coba nuklir di Punggye-ri, yang konon telah dihancurkan pada 2018 untuk menunjukkan kesediaannya untuk melakukan denuklirisasi.
Pyongyang telah melakukan 12 putaran uji coba rudal tahun ini, sementara juga mengakhiri moratorium uji coba rudal jarak jauh setelah empat setengah tahun, dengan meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) pada 24 Maret 2022.
"Semoga peringatan itu bisa berlalu tanpa eskalasi lebih lanjut," kata utusan Amerika Serikat itu.
Kim, yang merangkap sebagai duta besar Amerika Serikat untuk Jakarta, juga mendesak Korea Utara untuk segera kembali berdialog, dengan mengatakan bahwa Amerika Serikat siap untuk membahas masalah apa pun yang ingin ditangani oleh Korea Utara.
"DPRK menemukan dirinya terisolasi dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya. (Itu) telah menutup diri selama pandemi COVID. Hanya jika diplomasi yang dapat mematahkan isolasi ini dimulai, hanya dengan begitu kita dapat melanjutkan pekerjaan penting yang telah dilakukan sebelum membangun pernyataan Singapore Jones," kata Kim dalam konferensi pers melalui telepon, merujuk pada Korea Utara dengan nama resminya, Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK).
"Kami akan terus menjangkau dengan komitmen tulus unruk diplomasi. Saya sangat berharap pesan ini akan sampai ke Pyongyang, dan mereka akan merespons secara positif," tambahnya.
Pernyataan bersama Singapura dikeluarkan oleh mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, dalam pertemuan bersejarah Amerika Serikat-Korea Utara yang diadakan pada Juni 2018, di mana Korea Utara setuju untuk melakukan denuklirisasi dengan imbalan hubungan yang dinormalisasi dengan Amerika Serikat.
Kurt Campbell, koordinator kebijakan Gedung Putih Asia, mengatakan bahwa pemerintahan Joe Biden akan membangun pernyataan Singapura untuk denuklirisasi Semenanjung Korea, terlepas dari kritik sebelumnya terhadap pertemuan Trump dengan pemimpin Korea Utara.
Bagaimanapun, Korea Utara tetap tidak menanggapi semua "pesan publik dan pribadi" dari Amerika Serikat, menurut Kim.
"Kami belum menerima tanggapan dari Pyongyang. Hal ini sangat mengecewakan karena kami telah mengirim beberapa pesan, publik dan pribadi, juga mengundang mereka untuk berdialog tanpa syarat apa pun," katanya. "Saya masih berharap bahwa mereka akan menanggapi secara positif banyak penjangkauan."
Namun, Kim mengatakan Amerika Serikat akan terus mendorong resolusi Dewan Keamanan PBB yang baru, tentang Korea Utara untuk meminta pertanggungjawaban Pyongyang atas peluncuran rudal balistiknya baru-baru ini.
"Tindakan eskalasi dan provokatif oleh Korea Utara ini mengharuskan kami untuk memiliki tanggapan tegas dari Dewan Keamanan (PBB), dan inilah mengapa kami bekerja sama dengan mitra untuk mengusulkan resolusi Dewan Keamanan PBB yang baru," katanya.
Sumber: Yonhap
Baca juga: Anak Perempuan Putin jadi Target Sanksi Amerika untuk Rusia
- Penulis :
- St Fatiha Sakinah Ramadhani