
Pantau - Jumlah populasi penduduk di China dilaporkan merosot bila dibanding dengan tahun lalu. Berdasarkan catatan dari Data Biro Statistik Nasional China, ada penurunan sebanyak 850 ribu Waduh, Populasi Penduduk China Merosot sehingga jadi 1,411 miliar.
Dikutip dari laman NPR, Sabtu (21/1/2023), penurunan itu disebabkan kebijakan satu anak yang berlaku sejak 1980-an. Masalahnya, China mengalami lebih banyak kematian daripada kelahiran pada 2022 yaitu 10,41 juta orang meninggal sementara 9,56 juta lahir.
Kondisi tersebut yang menyebabkan populasi di negeri tirai bambu itu menurun. Pada 2015, pemerintah menerbitkan kebijakan baru yaitu mulai mengizinkan pasangan menikah dengan memiliki dua, dan kemudian tiga anak ditambah pemberian tunjangan.
Perempuan Menolak
Meskipun demikian, langkah pemerintah tidak berhasil. Sebab, perempuan sering menolak dan memprioritaskan pekerjaan mereka, memprioritaskan mengejar cita-cita individualistis daripada insentif tersebut.
Namun, karena China adalah negara otoriter, peluang untuk kebijakan meningkatkan angka kelahiran itu masih terbuka.
"Masih harus dilihat sejauh mana dan seberapa ekstrim negara akan benar-benar berusaha memberi insentif kelahiran," kata Asisten profesor sosiologi di University of Michigan, Yun Zhou.
Dikutip dari laman NPR, Sabtu (21/1/2023), penurunan itu disebabkan kebijakan satu anak yang berlaku sejak 1980-an. Masalahnya, China mengalami lebih banyak kematian daripada kelahiran pada 2022 yaitu 10,41 juta orang meninggal sementara 9,56 juta lahir.
Kondisi tersebut yang menyebabkan populasi di negeri tirai bambu itu menurun. Pada 2015, pemerintah menerbitkan kebijakan baru yaitu mulai mengizinkan pasangan menikah dengan memiliki dua, dan kemudian tiga anak ditambah pemberian tunjangan.
Perempuan Menolak
Meskipun demikian, langkah pemerintah tidak berhasil. Sebab, perempuan sering menolak dan memprioritaskan pekerjaan mereka, memprioritaskan mengejar cita-cita individualistis daripada insentif tersebut.
Namun, karena China adalah negara otoriter, peluang untuk kebijakan meningkatkan angka kelahiran itu masih terbuka.
"Masih harus dilihat sejauh mana dan seberapa ekstrim negara akan benar-benar berusaha memberi insentif kelahiran," kata Asisten profesor sosiologi di University of Michigan, Yun Zhou.
- Penulis :
- Syahrul Ansyari