
Pantau – Sebuah ledakan mengoyak sebuah rapat umum politik Islamis di Pakistan barat laut pada Minggu (30/7/2023), menewaskan sedikitnya 40 orang dan melukai lebih dari 150 orang lainnya, kata polisi.
Inspektur Jenderal Polisi untuk Distrik Bajaur mengatakan ledakan tersebut, yang kemungkinan besar merupakan bom bunuh diri, terjadi di Kota Khar ketika ratusan orang berkumpul untuk mendukung kelompok Jamiat Ulema-e-Islam-Fazl (JUI-F).
Menurut Associated Press (AP), para pejabat meyakini bahwa serangan tersebut menargetkan para anggota kelompok politik tersebut, dengan pemimpin regionalnya, Maulana Ziaullah, termasuk di antara mereka yang tewas dalam ledakan tersebut.
Para pejabat mengatakan bahwa acara tersebut diadakan di dekat alun-alun pasar di kota tersebut, dan dijaga oleh para anggota partai sukarelawan yang memegang pentungan.
Terlepas dari keamanan yang ketat, kepala polisi Akhtar Hayat Gandapur mengatakan kepada para wartawan bahwa seorang pelaku bom bunuh diri kemungkinan menyelinap masuk ke dalam lokasi acara dan meledakkan diri saat para petinggi partai tiba.
Para pejabat Bajaur mengumumkan keadaan darurat kesehatan mengingat tingginya jumlah korban jiwa dan luka-luka. Dan jumlah korban luka diperkirakan akan terus bertambah.
Adam Khan, 45 tahun, sedang berada di rapat umum ketika ledakan tersebut membuatnya terjatuh ke tanah dan meninggalkan serpihan-serpihan di tangan dan kakinya.
"Ada banyak debu dan asap di sekeliling dan saya berada di bawah beberapa orang yang terluka di mana saya hampir tidak bisa berdiri, tetapi hanya bisa melihat kekacauan dan beberapa anggota tubuh yang berserakan," katanya kepada AP.
Namun, belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, tetapi Jamiat Ulema-e-Islam-Fazl telah menjadi target ISIS sebelumnya.
Ketua JUI-F Maulana Fazlur Rehman meminta para pemimpin Pakistan untuk menyelidiki pengeboman tersebut dan mendesak sesama anggota partai untuk menyumbangkan darah kepada para korban ledakan.
"Para pekerja JUI harus tetap damai dan pemerintah federal dan provinsi harus memberikan perawatan terbaik kepada para korban," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.
Rehman dikenal sebagai ulama pro-Taliban, yang mengganti nama kelompoknya pada tahun 2019 setelah pembunuhan mantan pemimpin mereka, Samiul Haq, yang dikenal sebagai "Bapak Taliban."
JUI-F mengadvokasi penegakan hukum Syariah di Pakistan.
[Sumber: New York Post]
- Penulis :
- Abdan Muflih