HOME  ⁄  Internasional

100 Orang Lebih Terluka dalam Bentrokan Pengungsi Eritrea di Tel Aviv

Oleh Abdan Muflih
SHARE   :

100 Orang Lebih Terluka dalam Bentrokan Pengungsi Eritrea di Tel Aviv
Foto: Aksi bentrokan warga Eritrea di Tel Aviv, Israel (Tangkapan layar)

Pantau - Puluhan pengunjuk rasa dan petugas polisi terluka dalam bentrokan jalanan di Tel Aviv pada Sabtu (2/9/2023), yang melibatkan warga Eritrea yang tinggal di Israel yang mendukung dan menentang rezim pemerintahan negara Afrika Timur tersebut.

Sedikitnya 30 petugas termasuk di antara mereka yang terluka dalam konfrontasi antara polisi yang mengenakan pakaian anti huru-hara dan ratusan pencari suaka dari Eritrea, demikian dilaporkan layanan medis darurat Israel.

Dari 157 korban luka, setidaknya 13 di antaranya mengalami luka serius, termasuk beberapa luka tembak.

Polisi Israel mengkonfirmasi bahwa mereka telah melakukan setidaknya 39 penangkapan pada Sabtu, dan diperkirakan akan terus bertambah.

Pusat Medis Sheba Tel Aviv menyatakan adanya korban jiwa, namun para pejabat belum mengkonfirmasi adanya korban jiwa akibat kejadian di kota berpenduduk sekitar 500.000 jiwa itu.

Ratusan warga Eritrea yang mencari suaka berkumpul di kedutaan besarnya di Israel untuk melakukan unjuk rasa pro-pemerintah yang diselenggarakan oleh pemerintah negara tersebut dan bentrokan dengan cepat terjadi setelah para pengunjuk rasa anti-pemerintah Eritrea tiba di lokasi.

Ketika kekerasan meningkat, polisi anti huru hara Israel dan unit-unit yang dipasang bergerak masuk dan sebuah "pertemuan ilegal" diumumkan, yang memungkinkan polisi untuk menggunakan kekuatan untuk membubarkan kerumunan.

Lebih dari 25.000 pengungsi dari negara tersebut saat ini tinggal di Israel, menurut organisasi bantuan internasional ASSAF.

Eritrea memperoleh kemerdekaan dari Ethiopia pada tahun 1991 dan negara ini telah diperintah oleh Presiden Isaias Afwerki sejak saat itu. Banyak warga Eritrea yang meninggalkan negara itu untuk menghindari kerja paksa dan wajib militer yang diberlakukan oleh rezim diktator.

[Sumber: UPI News]

Penulis :
Abdan Muflih

Terpopuler