
Pantau - Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) membeberkan keadaan Rumah Sakit Indonesia di Bayt Lahiya, Gaza, Palestina yang rusak ketika perang Hamas vs Israel berlangsung.
Presidium MER-C Henry Hidayatullah menuturkan, operasional RS Indonesia di Gaza masih berjalan, namun korban terus berjatuhan sehingga membuat dokter kewalahan.
"Secara ilustrasi gambaran umumnya adalah dalam kondisi normal, dalam situasi yang terburuk ada seperti itu. Ada kondisi-kondisi kebutuhannya tinggi, apalagi dalam kondisi seperti ini dan resources yang ada dengan korban yang banyak, plus kita bisa lihat di media sosial kami. Mayat-mayat sudah meluap sampai keluar dari kamar jenazah ruang rumah sakit Indonesia di Gaza, tidak bisa menampung mayat-mayat sehingga ada di letakkannya di luar," tutur Henry dalam konferensi pers di Kantor MER-C, Kramat Lontar, Jakarta Pusat, Selasa (10/9/2023).
Henry menyebut, korban di Gaza cukup tinggi, sehingga MER-C pun membutuhkan tambahan sumber daya dokter di RS Indonesia. Henry menambahkan, RS Indonesia di Gaza membutuhkan peralatan medis guna menangani korban serangan bom di Gaza.
"Korban lukanya sangat tinggi sehingga mau tidak mau pasti butuh tambahan resources, baik dari SDM maupun alat kesehatan dan obat-obatan. Terkait data obat-obatan kami sudah terima, tapi secara gambaran umumnya adalah data-data kebutuhan emergency case seperti perban, infus, dan benang jahit ya itu gambaran umumnya karena kasus-kasus trauma," ungkapnya.
Henry mengungkapkan, RS Indonesia sempat terdampak serangan udara militer Israel. Henry bilang, serangan bom tersebut mengakibatkan kerusakan pada selang pipa distributor oksigen.
"Kondisi rumah sakit terkena di selang pipa distributor daripada oksigen konsentrat. Jadi ada pusat oksigen konsentrat, ada pipa distribusinya itu terkena serangan bom. Namun demikian, dalam proses perbaikan ya, dan sampai sejauh ini operasional rumah sakit relatif masih bisa berproses dengan cukup baik," ujarnya.
Ketua Tim MER-C Faried Thalib membeberkan, basement RS Indonesia di Gaza dimanfaatkan sebagai sarana penyimpanan alat kesehatan. Dia juga mengingatkan bagaimana rumah sakit dan tempat pendidikan tak boleh tersentuh perang.
"Rumah sakit ini memang didesain sejak awal untuk bisa tetap beroperasi walaupun tidak ada suplai. Makanya fungsi basement itu untuk menyimpan deposit supporting rumah sakit," kata dia.
"Lalu dilengkapi dengan dua genset besar, tapi memang kalau gensetnya dibom ya selesai. Tapi itu kan ada aturan dunia ya rumah sakit dan tempat pendidikan tidak boleh disentuh walau dalam keadaan perang. Memang itu desain rumah sakit ini bisa bekerja 3-4 bulan ke depan," sambungnya.
Ia mengharapkan, RS Indonesia di Gaza tetap bisa beroperasi. Meski demikian, ia menyebut pihaknya tetap membutuhkan bantuan lantaran di hari biasa RS ini saja sudah kerap digunakan penduduk Palestina.
"Dalam kondisi normal aja rumah sakit kita ini sudah kewalahan menangani penduduk Gaza. Karena kondisinya terkurung, maksudnya terblokade sekian belas tahun. Jadi kita doakan mudah-mudahan rakyat Indonesia yang mengamanahkan melalui MER-C maupun yang lainnya bisa betul-betul optimal memberikan bantuan," pungkasnya.
- Penulis :
- Khalied Malvino