Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Mantan PM Belanda dan Istri Disuntik Mati

Oleh Fadly Zikry
SHARE   :

Mantan PM Belanda dan Istri Disuntik Mati
Foto: Mantan Perdana Menteri Belanda, Dries van Agt (X)

Pantau - Mantan Perdana Menteri Belanda, Dries van Agt, meninggal pada usia 93 tahun melalui eutanasia dengan cara disuntik mati.

Van Agt ditindak eutanasia karena sakit. Ia meninggal bersama dengan istrinya, Eugenie van Agt-Krekelberg.

"Dia meninggal bergandengan tangan dengan istri tercintanya Eugenie van Agt-Krekelberg, pendukung dan pembawa berita yang telah bersama selama lebih dari 70 tahun dan yang selalu dia sebut sebagai gadisku," dikutip AP News, Jumat (16/2/2024).

Berita kematian Van Agt dilaporkan oleh The Rights Forum pada 9 Februari lalu. Forum itu menyebut eks PM dan istrinya meninggal pada 5 Februari dan akan dimakamkan dalam upacara pribadi di Kota Nijmegen.

Keduanya meninggal karena Eutanasia yakni tindakan mengakhiri hidup seseorang secara sengaja demi menghilangkan penderitaannya. Tindakan ini biasanya dilakukan terhadap penderita penyakit yang secara medis tidak mungkin bisa disembuhkan.

Van Agt dan istri sejak lama sakit-sakitan. Pada 2019, Van Agt mengalami pendarahan otak kala memberikan pidato di acara peringatan untuk Palestina dan tidak pernah pulih sepenuhnya.

"Dengan bahasanya yang berbunga-bunga dan unik, keyakinannya yang jelas dan presentasinya, Dries Van Agt memberi warna dan substansi pada politik Belanda di masa polarisasi dan pembaruan partai," kata Rutte dalam sebuah pernyataan.

Van Agt dikenal karena bahasanya yang unik. Dia juga terkenal karena senang bersepeda dan memiliki referensi kuno. Van Agt terpaksa berhenti dari hobinya pada 2019 usai jatuh sakit.

Ia menjadi perdana menteri Belanda dari Partai Christian Democrat Appeal sejak 1977 sampai 1981. Setelah beberapa kali pemilu, ia terpilih lagi menjadi perdana menteri dan membentuk koalisi bersama Partai Buruh dan Demokrat dalam pemerintahan yang berlangsung setahun.

Van Agt dikenal tokoh yang cukup  vokal mendukung perjuangan Palestina.

Penulis :
Fadly Zikry