
Pantau - Kelompok Hamas menegaskan, Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu sedang mencari kemenangan semu di Gaza dan belum berhasil dipasarkan ke para pendukungnya.
Anggota Hamas, Izzat Al-Rishq, mengomentari pidato Netanyahu, yang didalamnya bersikeras mempertahankan wilayah perbatasan Gaza-Mesir di bawah kendali Israel. Al-Rishq menekankan, hal ini diperlukan untuk mencapai tujuan perang di Gaza.
“Pernyataan Netanyahu adalah ucapan orang yang putus asa dalam mencari kemenangan semu belaka dan tidak berhasil memasarkannya kepada para pendukungnya setelah 10 bulan perang nazinya terhadap rakyat kami di Jalur Gaza,” tegas Al-Rishq.
Dia “menegaskan dengan pernyataannya pada hari ini (Senin) bahwa dialah yang menghambat kesepakatan pertukaran dan perjanjian gencatan senjata,” katanya, melansir Anadolu, Selasa (3/9/2024).
Dia menambahkan setiap penundaan dalam “persetujuan dan komitmennya terhadap apa yang telah dicapai pada 7 Juli (dalam proposal gencatan senjata) berarti membahayakan nyawa lebih banyak sandera,” mengacu pada tewasnya enam tawanan Israel belakangan ini di Gaza, seraya menyebut “Netanyahu memikul tanggung jawab atas nyawa dan keamanan para sandera yang ditawan pihak Hamas.”
Sehari sebelumnya, Netanyahu menegaskan kembali niatnya untuk mempertahankan militer Israel di Koridor Philadelphia.
“Jika kami menarik diri, kami tidak akan (bisa) kembali ke sana - tidak untuk 42 hari dan tidak untuk 42 tahun,” demikian dikutip Channel 12 Israel dalam rapat Kabinet.
Dia merujuk pada fase 42 hari pertama dari gencatan senjata Gaza yang diusulkan serta kesepakatan pertukaran sandera dengan Hamas.
Netanyahu mengklaim Koridor Philadelpia, area demiliterisasi di perbatasan antara Gaza dan Mesir, adalah “jalur kehidupan” bagi Hamas.
Berlawanan dengan desakannya terhadap Koridor Philadelphia, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, pada Minggu menyerukan agar Kabinet Keamanan Israel segera menggelar Rapat Kabinet untuk membalikkan keputusannya mempertahankan pasukan di Koridor Philadelphia.
Israel memprediksi bahwa lebih dari 100 sandera masih ditahan Hamas di Gaza, beberapa di antaranya diyakini sudah tewas.
Selama beberapa bulan, Amerika Serikat (AS), Qatar dan Mesir berupaya mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas demi menjamin pertukaran sandera dan gencatan senjata, serta mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Namun upaya mediasi terhenti lantaran penolakan Netanyahu atas tuntutan Hamas yang meminta penghentian perang.
Perang Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza menewaskan nyaris 40.800 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai lebih dari 94.200 orang lainnya, menurut otoritas kesehatan setempat.
Blokade Israel di wilayah Palestina mengakibatkan kelangkaan makanan, air bersih dan obat-obatan, hingga menyisakan kehancuran di sebagian besar wilayah tersebut.
Israel menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tindakannya di Gaza.
Sumber: Anadolu
- Penulis :
- Khalied Malvino