
Pantau - Puluhan jurnalis Hong Kong dan keluarganya telah dilecehkan dan diintimidasi secara daring dan luring selama tiga bulan terakhir sejak Juni 2024, demikian pernyataan Asosiasi Jurnalis Hong Kong (HKJA), Jumat (13/9/2024).
Ketua HKJA, Selina Cheng membeberkan, ancaman dan penyebaran konten hoaks dan fitnah merusak kebebasan pers di Hong Kong. Dia juga menegaskan, hal ini tak bisa ditoleransi.
“Wartawan, perusahaan media, serta organisasi pers menjadi sasaran, termasuk Komite Eksekutif HKJA, Hong Kong Free Press, Inmediahk, HK Feature, serta 13 media internasional dan lokal lainnya, juga dua lembaga pendidikan jurnalisme,” jelasnya.
HKJA menuturkan, ada 15 jurnalis, keluarga, dan kerabat mereka --termasuk tuan tanah, badan amal, sekolah, dan bisnis swasta-- menerima pengaduan anonim melalui surat elektronik dari mereka yang mengaku sebagai “patriot”.
Baca juga: 36 Jurnalis Palestina di Gaza Masih Ditahan Israel sejak 7 Oktober 2023
“Beberapa jurnalis, bahkan rekan mereka menjadi sasaran di grup-grup Facebook pribadi. Setidaknya dalam empat kasus, troll menggunakan Facebook dan Wikipedia dalam membuat ancaman kekerasan, termasuk ancaman pembunuhan,” ungkap Cheng.
Dua editor belum lama ini dihukum lantaran didga menghasut. Ini menjadi yang pertama kali dilakukan terhadap pekerja media sejak penyerahan Hong Kong dari Inggris ke China sejak 1997.
Insiden ini juga terjadi menyusul sikap keras keamanan nasional yang dilakukan pihak otoritas setelah protes pro-demokrasi besar-besaran pada 2019.
Reporters Without Borders (RSF) menempatkan Hong Kong di peringkat 135 dalam indeks kebebasan pers global tahun ini.
HKJA menyebut, beberapa individu yang menjadi target selama beberapa bulan terakhir sudah melapor ke pihak kepolisian dan kantor komisaris privasi.
Baca juga: Turki Tuduh Israel Tutupi Serangan terhadap Jurnalis TRT
Kepolisian Hong Kong, Kantor Komisaris Privasi untuk Data Pribadi, Wikimedia Foundation Trust & Safety, dan Meta Facebook tak segera merespons permintaan komentar Reuters.
Direktur dan pendiri Hong Kong Free Press, Tom Grundy mengungkapkan kepada Reuters, bahwa pemiliknya dan agen properti lokal disurati anonim yang berisi “klaim liar dan ancaman ‘konsekuensi yang tidak terbayangkan’ dan ‘kerusakan jaminan’” kecuali jika dia diusir.
Inmedia membeberkan kepada Reuters dalam sebuah pernyataan, “seorang karyawan situs berita tersebut menerima pesan-pesan pelecehan yang melibatkan data pribadi.”
HK Feature mengatakan kepada Reuters dalam sebuah pernyataan bahwa mereka “terkejut dengan berbagai tingkat pelecehan terhadap jurnalis kami dan keluarga mereka.”
“Kami berharap publik akan menganggap serius pekerjaan jurnalisme dan mendukung pekerjaan kami, sehingga pemberitaan bisa bebas dari rasa takut,” tandas laporan HKJA. (REUTERS)
- Penulis :
- Khalied Malvino