
Pantau.com - Amerika Serikat baru saja menyelenggarakan Pemilu awal pada 6 November lalu. 435 kursi di Parlemen diperebutkan, 35 kursi di Senat, Serta 39 jabatan gubernur untuk 36 negara bagian dan tiga wilayah AS.
Center for Responsive Politics mengatakan, total USD5,2 miliar atau setara dengan Rp76,2 triliun digelontorkan pada pemilu tahun ini. Angka itu memecahkan rekor pemilu paruh waktu sebelumnya, yaitu USD4,4 miliar pada Pilpres 2016. Dengan total anggaran sebesar tersebut, Trump pun tak ingin kecolongan.
Intelijen AS pun bergerak kehidupan nyata dan dunia maya untuk mengamankan pesta demokrasi itu dari gangguan pihak asing. Rusia dan China adalah momok yang diwanti-wanti oleh Presiden Donald Trump untuk selalu diawasi.
"Jangan sampai Pemilu AS disusupi penysup," kata Trump di Gedung Putih.
Presiden AS Donald Trump. (Foto: Reuters)
Ketakutan tersebut tentu tidak beralasan. Pria berambut putih bergaya Elvis Presley itu pernah merasakan menjadi "sandera" akibat Pilpres AS 2016 lalu. Kendati menang, ia dirongrong sebagai pihak yang memberikan jalan bagi Rusia untuk masuk dalam sistem Pilpres negara adidaya itu.
Alhasil, Trump dianggap sebagai antek Rusia. Ia pun dinilai tak berdaya di hadapan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Klik Next...
- Penulis :
- Widji Ananta