
Pantau - Menteri Israel dari kelompok sayap kanan, Amihai Eliyahu, kembali menambah ketegangan di Timur Tengah pada Rabu (27/11/2024) dengan menyerang pemerintah yang dipimpin oleh Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu.
Mengutip Anadolu, Kamis (28/11/2024), Eliyahu mengklaim Israel setuju dengan gencatan senjata dengan Lebanon “di bawah tekanan,” dan menyatakan bahwa Israel gagal mengalahkan Hizbullah.
Dalam wawancara dengan surat kabar Israel, Maariv, Menteri Warisan Israel, Amihai Eliyahu, mengkritik kedua hal tersebut—-termasuk persyaratan gencatan senjata dan ketergantungan Tel Aviv pada Amerika Serikat (AS).
Eliyahu, anggota partai sayap kanan Otzma Yehudit (Kekuatan Yahudi) yang dipimpin Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir—-yang satu-satunya anggota kabinet keamanan Israel penentang kesepakatan ini-—menggambarkan perjanjian dengan Lebanon sebagai “buruk.”
“Kesepakatan ini tidak mencakup banyak hal yang telah kita bicarakan—zona penyangga dan pelucutan senjata Hezbollah,” ujarnya.
“Fakta bahwa kita telah melukai Hizbullah itu baik dan bagus. Jika kita ingin memastikan keamanan jangka panjang kita di utara, kita harus membuat keputusan, dan ini bukanlah keputusan,” tambahnya.
Menteri Israel ini juga menegaskan, “Ini bukan kemenangan. Kemenangan berarti penaklukan, ini berarti di bawah tekanan.”
Mengenai peran AS dalam negosiasi, Eliyahu menyatakan rasa frustrasinya.
Baca juga:
- Iran Apresiasi Gencatan Senjata Lebanon, Akhiri 14 Bulan Perang
- Serangan Israel Guncang Beirut 3 Jam Sebelum Gencatan Senjata
“Saya sadar ada tekanan dari pihak Amerika. Saya berharap pemerintahan berikutnya (di bawah Donald Trump) akan lebih nyaman bagi kami untuk bertindak, dan saya sangat berharap jika ada pelanggaran, kami bisa bertindak," tuturnya.
Eliyahu juga mengkritik ketergantungan Israel pada dukungan AS, termasuk pasokan militer.
“Selama kita bergantung seperti ini dan amunisi kita datang dari sana, tangan dan kaki kita terikat,” katanya.
Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Lebanon mulai berlaku beberapa jam setelah Presiden AS Joe Biden mengumumkan sebuah proposal untuk mengakhiri konflik telah tercapai.
Proposal ini diharapkan bisa menghentikan serangan udara Israel ke perkotaan dan pedesaan Lebanon serta mengakhiri pertempuran lintas batas yang sudah berlangsung selama setahun.
Menurut persyaratan gencatan senjata itu, Israel akan menarik pasukannya ke selatan garis biru secara bertahap, sementara tentara Lebanon akan mengerahkan pasukannya di Lebanon Selatan dalam waktu maksimal 60 hari.
Pelaksanaan kesepakatan ini akan diawasi oleh AS dan Prancis. Namun, rincian tentang mekanisme penegakan hukum masih belum jelas.
Lebih dari 3.800 korban tewas akibat serangan Israel di Lebanon, dan jutaan orang terpaksa mengungsi sejak Oktober lalu, menurut otoritas kesehatan Lebanon.
- Penulis :
- Khalied Malvino