
Pantau - Beberapa jam sebelum kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah dijadwalkan berlaku, jet tempur Israel melancarkan serangan udara besar-besaran di Beirut, terutama di kawasan selatan ibu kota, termasuk dekat Bandara Internasional Beirut, Rabu (27/11/2024) dini hari waktu setempat.
Seorang koresponden Anadolu melaporkan, salah satu serangan udara memicu ledakan besar dekat bandara. Asap tebal membumbung ke langit, menandai eskalasi baru dalam konflik yang telah berlangsung lebih dari setahun ini.
Sebelum serangan, militer Israel mengeluarkan peringatan evakuasi kepada warga di kawasan Laylaki dan Choueifat al-Amrousieh. Militer Israel mengklaim daerah tersebut berada di dekat fasilitas milik Hizbullah.
Ini adalah peringatan evakuasi kedua dalam satu jam. Sebelumnya, warga Borj El Brajneh dan Ghobeiry di selatan Beirut juga diminta mengungsi.
Di Tyre, wilayah selatan Lebanon, angkatan udara Israel juga melancarkan serangan udara intensif. Serangan ini menjadi bagian dari operasi militer yang terus meningkat, dengan dalih menghancurkan target-target Hizbullah.
Baca juga: Serangan Israel di Lebanon Tewaskan 3 Jurnalis, HRW: Ini Kejahatan Perang!
Selain serangan udara, militer Israel mengumumkan berhasil mencegat dua drone. Satu drone mendekati wilayah Golan dari timur, sementara yang lain terdeteksi di atas Laut Merah.
“Pada pukul 23:22 dan 23:23 waktu setempat, alarm berbunyi karena infiltrasi drone di Golan Utara. Angkatan udara berhasil mencegatnya,” ujar pernyataan militer Israel.
“Tak lama kemudian, drone lain yang mendekati wilayah Israel dari Laut Merah juga diintersep,” tambahnya.
Perkembangan ini terjadi hanya 3 jam sebelum gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah dijadwalkan berlaku pada pukul 04.00 waktu setempat.
Sebelumnya, kabinet keamanan Israel menyetujui kesepakatan gencatan senjata yang diusulkan Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Gencatan Senjata Israel-Hizbullah, Harapan Perdamaian Dimulai
“Kabinet Keamanan, malam ini, dengan suara 10-1, menyetujui proposal AS untuk pengaturan gencatan senjata di Lebanon,” tulis pernyataan kantor Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu.
Israel juga menegaskan haknya untuk mengambil tindakan jika ada ancaman keamanan baru.
Presiden AS Joe Biden mengumumkan bahwa kesepakatan tersebut telah disetujui oleh kedua belah pihak.
Langkah ini diharapkan dapat mengakhiri konflik yang telah menelan makan korban tewas lebih dari 3.760 orang di Lebanon, melukai hampir 15.700 lainnya, dan mengakibatkan jutaan warga kehilangan tempat tinggal sejak Oktober 2023.
Namun, hingga detik-detik terakhir sebelum gencatan senjata, serangan Israel terus terjadi di Lebanon, meninggalkan pertanyaan besar tentang apakah kesepakatan tersebut dapat menahan eskalasi konflik di wilayah yang rawan ini.
- Penulis :
- Khalied Malvino