
Pantau - Drama baru mencuat soal penanganan kasus mendiang Mohamed al-Fayed, mantan bos Harrods. Lembaga pengawas kepolisian Inggris, Independent Office for Police Conduct (IOPC), resmi memantau penyelidikan apakah Kepolisian London sempat mengabaikan peluang untuk mengadili al-Fayed.
“Kekhawatiran publik soal kasus ini sangat besar, dengan banyaknya tuduhan yang dilaporkan selama bertahun-tahun ketika al-Fayed masih hidup,” ujar Direktur Operasional IOPC, Steve Noonan, melansir The Associated Press, Rabu (8/1/2025).
“Penting bagi kami menyelidiki laporan ini untuk memastikan apakah ada peluang yang terlewatkan atau kegagalan petugas dalam menyelidiki tuduhan sejak 2008,” sambungnya.
Setelah laporan mantan pegawai Harrods ditayangkan BBC pada September 2024, polisi mulai meninjau tuduhan terhadap al-Fayed. Sejak itu, lebih dari 100 wanita melapor mengaku mengalami pelecehan seksual oleh pengusaha asal Mesir ini.
Baca juga:
- Inggris Tambah Bantuan Kemanusiaan Rp456 Miliar untuk Gaza
- Menteri Transportasi Inggris Mundur gegara Kontroversi Laporan Polisi
Kini, Kepolisian Metropolitan sedang memeriksa 21 tuduhan yang diajukan sebelum al-Fayed wafat pada 2023 di usia 94 tahun. Namun, pertanyaan besar muncul, kenapa tidak ada tindakan hukum tegas saat al-Fayed masih hidup?
Pada 2008, al-Fayed pernah diinterogasi terkait tuduhan pelecehan seksual terhadap remaja 15 tahun. Bahkan, polisi dua kali menyerahkan berkas bukti ke jaksa, tetapi ia tidak pernah didakwa.
Mohamed al-Fayed, yang pindah ke Inggris pada 1960-an, terkenal lewat kepemilikan Harrods dan klub sepak bola Fulham. Namanya makin menjadi sorotan setelah putranya, Dodi al-Fayed, tewas bersama Putri Diana dalam kecelakaan di Paris pada 1997.
Harrods dijual al-Fayed pada 2010 ke Qatar Investment Authority, badan kekayaan negara Qatar. Kini, kasusnya kembali jadi sorotan, menimbulkan tanda tanya besar soal keadilan.
- Penulis :
- Khalied Malvino