
Pantau - Ribuan demonstran di Bangladesh membakar rumah milik Sheikh Mujibur Rahman, pemimpin pendiri negara tersebut, sebagai protes terhadap pidato anaknya, mantan Perdana Menteri (PM) Sheikh Hasina, yang mengajak pendukungnya untuk menentang pemerintah sementara.
Baca juga: Eks PM Bangladesh Terancam Ditangkap atas Kasus Ini!
Menurut saksi mata, ribuan massa yang sebagian bersenjatakan tongkat, palu, dan alat berat lainnya, berkumpul di sekitar rumah bersejarah dan monumen kemerdekaan, sementara beberapa orang membawa crane dan ekskavator untuk merobohkan bangunan tersebut.
Aksi protes ini digelar bersamaan dengan upaya untuk menggagalkan pidato Hasina yang dijadwalkan pada Rabu (5/2/2025) pukul 21.00 waktu setempat, dengan menyebutnya sebagai "Proses Bulldozer."
Para demonstran, banyak di antaranya tergabung dalam kelompok "Students Against Discrimination," menyuarakan kemarahan mereka atas pidato Hasina yang mereka anggap sebagai tantangan terhadap pemerintah sementara yang baru terbentuk.
Ketegangan telah meningkat di Bangladesh sejak Agustus 2024, saat protes besar-besaran memaksa Hasina melarikan diri ke India.
Baca juga: Ribuan Warga Bangladesh Kenang Pemberontakan Mahasiswa
Pemerintah sementara yang dipimpin oleh pemenang Hadiah Nobel, Muhammad Yunus, kesulitan mempertahankan kendali di tengah protes dan kerusuhan yang terus berlanjut.
Para demonstran menyerang simbol-simbol pemerintahan Hasina, termasuk rumah Sheikh Mujibur Rahman, yang pertama kali dibakar pada bulan Agustus.
Rumah itu merupakan simbol penting dalam sejarah negara tersebut, karena di sanalah Bangabandhu, julukan Mujibur Rahman, memproklamirkan kemerdekaan Bangladesh dari Pakistan pada 1971.
Beberapa tahun kemudian, tempat itu menjadi saksi tragedi nasional, saat Mujibur Rahman dan sebagian besar keluarganya dibunuh di rumah tersebut pada 1975.
Baca juga: Siap Diadili, Bangladesh Minta India Sponsori Pemulangan Sheikh Hasina
Hasina yang selamat dari serangan itu lalu mengubah bangunan tersebut menjadi museum yang didedikasikan untuk warisan ayahnya.
"Mereka bisa merobohkan bangunan, tetapi tidak bisa merusak sejarah. Sejarah akan membalas," ujar Hasina dalam pidatonya pada Rabu (5/2/2025).
Dalam pidatonya, Hasina juga mengimbau rakyat Bangladesh untuk melawan pemerintah sementara yang menurutnya telah merebut kekuasaan secara inkonstitusional.
Gerakan mahasiswa yang mendasari protes ini menyuarakan rencana untuk membongkar Konstitusi 1972 negara tersebut, yang mereka anggap sebagai warisan dari masa pemerintahan ayah Hasina.
Sumber: REUTERS
- Penulis :
- Khalied Malvino
- Editor :
- Khalied Malvino