
Pantau - Pemerintah Kongo akan mengadili sedikitnya 75 tentara pada Senin (10/2/2025) atas tuduhan melarikan diri dari pertempuran melawan pemberontak M23 yang didukung Rwanda di Provinsi Kivu Selatan. Selain itu, mereka juga didakwa atas kekerasan terhadap warga sipil, termasuk pembunuhan dan penjarahan, menurut kantor kejaksaan militer pada Minggu (9/2/2025).
Baca juga: Rwanda Klaim Punya Bukti Serangan Besar dari Kongo
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebelumnya melaporkan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat, seperti eksekusi tanpa proses hukum, pemerkosaan massal, dan perbudakan seksual, setelah M23 menguasai Kota Goma pada akhir Januari 2025. Laporan ini menyebutkan pelaku berasal dari berbagai pihak, termasuk pemberontak M23, tentara Kongo, dan milisi pro-pemerintah.
Meski belum mengomentari tuduhan terhadap tentaranya, pemerintah Kongo meminta PBB menyelidiki pelanggaran yang mereka tuduhkan kepada M23 dan Rwanda. Namun, Rwanda membantah mendukung M23 dan menolak bertanggung jawab atas konflik tersebut. Sementara itu, M23 belum memberikan tanggapan.
Walaupun kelompok pemberontak yang dipimpin etnis Tutsi ini telah mengumumkan gencatan senjata sepihak, mereka terus bergerak ke selatan menuju Bukavu, ibu kota Kivu Selatan. Pekan lalu, mereka menguasai Nyabibwe, kota yang berjarak sekitar 70 km dari Bukavu.
Sebanyak 75 tentara yang ditangkap karena melarikan diri usai jatuhnya Nyabibwe kini menghadapi pengadilan militer atas tuduhan pemerkosaan, pembunuhan, penjarahan, dan pemberontakan. Tentara lain yang ditangkap lebih jauh ke selatan dengan dakwaan serupa juga akan diadili, menurut kantor kejaksaan militer.
Baca juga: 13 Tentara Perdamaian Tewas usai Bentrok dengan Militer M23
Sumber dari masyarakat sipil di Kavumu, kota 35 km utara Bukavu, menyebutkan bahwa tentara yang membelot telah membunuh 10 orang, termasuk tujuh orang yang sedang duduk di bar pada Jumat (7/2/2025 malam. Seorang pemimpin masyarakat sipil lainnya, Leonidas Tabaro, melaporkan aksi penjarahan oleh tentara yang kabur masih terjadi.
Juru bicara militer Kivu Selatan, Nestor Mavudisa, menegaskan bahwa para tentara yang berkhianat akan dihukum dan meminta warga tetap tenang. Sementara itu, meskipun tidak ada eskalasi besar dalam pertempuran selama akhir pekan, bentrokan masih terjadi di Taman Nasional sekitar 30 km dari Bukavu serta di beberapa titik lainnya.
M23 merupakan kelompok pemberontak terbaru dalam serangkaian gerakan bersenjata etnis Tutsi yang bermunculan di timur Kongo. Pemerintah Kongo menuduh M23 sebagai proxy Rwanda, tuduhan yang dibantah oleh M23 dan pemerintah Rwanda.
Dalam upaya meredakan konflik, para pemimpin Afrika mengadakan pertemuan bersama blok Afrika Timur dan Selatan pekan lalu, menyerukan semua pihak untuk menggelar perundingan langsung. Pada Minggu (9/2/2025), pemerintah Kongo menyatakan sudah mencatat keputusan yang dihasilkan dalam pertemuan tersebut.
Sumber: REUTERS
- Penulis :
- Khalied Malvino