
Pantau - Penjaga pasukan perdamaian PBB dari Malawi dan Uruguay mengumumkan empat tentaranya tewas dalam bentrokan di Republik Demokratik Kongo timur melawan pemberontak yang didukung Rwanda.
Baca juga: Konflik M23 Picu Kekhawatiran Perang Regional di Kongo
Peristiwa ini menambah jumlah korban jiwa di antara pasukan penjaga perdamaian PBB dan Afrika Selatan menjadi setidaknya 13 orang pada Minggu (26/1/2025).
Pemberontakan kelompok pemberontak M23 yang telah berlangsung selama tiga tahun semakin intensif pada Januari 2025.
Pemberontak berhasil menguasai lebih banyak wilayah di negara Afrika Tengah itu dari sebelumnya. PBB juga memperingatkan bahwa kekerasan tersebut dapat meluas menjadi perang regional yang lebih besar.
Dewan Keamanan PBB akan bertemu pada Minggu (26/1/2025) untuk membahas krisis ini -- lebih awal dari jadwal yang direncanakan -- menurut keterangan para diplomat.
PBB di Malawi menuturkan, dalam sebuah unggahan di X pada Sabtu (25/1/2025) malam bahwa tiga tentara Malawi yang bertugas di Kongo tewas, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Angkatan Darat Uruguay mengumumkan kematian salah satu tentaranya dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (25/1/2025) malam, menambahkan bahwa dua lainnya terluka.
"Berbagai langkah telah diambil untuk meningkatkan keamanan pasukan kami, yang beroperasi dalam kondisi yang tidak menguntungkan," tulis pernyataan Angkatan Darurat Uruguay.
Baca juga: Konflik Tentara Kongo-M23 Berlanjut, Gencatan Senjata Dilanggar
Sebelumnya pada Sabtu (25/1/2025), Afrika Selatan mengungkapkan, sembilan warganya tewas dalam pertempuran tersebut, termasuk dua dari misi PBB di Kongo, MONUSCO, dan tujuh dari misi terpisah di Afrika selatan.
MONUSCO tak segera menanggapi permintaan komentar.
Kongo, PBB, dan pihak lain menuduh Rwanda memicu konflik dengan pasukan dan senjatanya sendiri. Rwanda membantah hal ini, tetapi tentara Kongo mengatakan pada Sabtu (25/1/2925), penembak jitu Rwanda bertanggung jawab atas pembunuhan gubernur militer Kivu Utara di garis depan pada Jumat (24/1/2025).
Seorang juru bicara pemerintah Rwanda tak segera menanggapi permintaan komentar atas tuduhan tersebut.
Ratusan pengungsi telah melarikan diri ke ibu kota provinsi Goma. Tembakan dapat terdengar pada Minggu (26/1/2025) pagi, yang memicu kepanikan di beberapa daerah.
"Rwanda berusaha masuk dengan segala cara, tetapi kami bertahan dengan kuat," ungkap seorang sumber militer kepada Reuters, seraya mencatat pemberontak telah menghancurkan beberapa peralatan di dekat desa Kilimanyoka, sekitar 20 km dari Goma.
"Ini adalah perang, ada kerugian di mana-mana ... penduduk harus tetap tenang, kami sedang berjuang," imbuhnya.
Sumbe: REUTERS
- Penulis :
- Khalied Malvino